TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah dan pengusaha Indonesia tengah membidik 10-20 persen pasar ekspor di Amerika Serikat (AS) yang kini tengah kosong. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan kekosongan tersebut akibat pasokan barang yang seharusnya diisi oleh Cina tengah terhambat akibat perang dagang.
"Karena itu AS melihat Indonesia punya peluang yang sangat besar sekali untuk ekspor barang-barangnya langsung ke Amerika Serikat. Beberapa misalnya barang jadi seperti sepatu, furniture, garmen, tekstil, makanan minuman itu 6 bulan pertama," kata Luhut ditemui awak media di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat 13 September 2019.
Sebelumnya, sejumlah perwakilan pengusaha Indonesia mengelar pertemuan dengan US Chamber of Commerce atau Kamar Dagang Amerika Serikat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kematiriman. Pertemuan tersebut digelar untuk membahas peningkatan ekspor barang Indonesia ke AS.
Menurut Luhut, kerja sama ini bakal dilakukan dalam tiga tahap selama 1,5 tahun. Pada tahap pertama lebih banyak barang jadi dan retail yang bakal di ekspor. Pada 6 bulan kedua, Indonesia juga berencana untuk mengirim sejumlah barang lain seperti mobil dan produk baterai lithium. Menurut dia, Amerika Serikat tertarik dengan produksi mobil di Indonesia.
Kata Luhut, potensi pasar ekspor yang bisa dimasuki oleh Indonesia nilainya mencapai US$ 200 miliar. Karena itu, jika bisa berhasil mengisi sebanyak 10-20 persen pasar tersebut, Indonesia bisa memperoleh senilai hingga US$ 20 miliar.
"Sampai tahap akhir kerja sama ini, kami harapkan bisa dapat pasar itu, kalau dapat pun itu waktunya selama 1,5 tahun. Tapi total potensi penerimaan itu, juga tergantung kapasitas produksi perusahaan di sini," kata Luhut.