TEMPO.CO, Palembang -Musim kemarau panjang di Sumatera Selatan berdampak buruk bagi kinerja perseroan PTPN VII. Pasalnya area perkebunan di Cinta Manis, Ogan Ilir, masih terjadi kebakaran. Kebakaran lahan di area perkebunan sejak Juni hingga saat ini tercatat sudah mencapai 120 hektar dari total 10.800 hektar lahan milik Badan Usaha Milik Negara ini.
Akibat kebakaran itu, perseroan merugi hingga puluhan miliar rupiah. “Nilai riil kerugiannya masih dalam penghitungan internal perseroan,” kata Acep Sudiar, Jumat, 13 september 2019.
Komponen yang harus dihitung meliputi biaya olah tanah, tanam, pemeliharaan, panen dan komponen pendukung lainnya. Selain itu kerugian semakin besar karena tebu terbakar tersebut tidak kami tebang atau olah lagi. Karena nira tebu dan mutu gula menjadi rusak.
Kawasan yang terbakar tersebut meliputi kebun yang ada di rayon 1. Untuk itulah pihaknya menghimbau masyarakat sekitar untuk tidak membakar lahan di sekitar area cinta manis. Karena banyak masyarakat yang menumpang berkebun di sekitar area rawa atau embung yang tidak bisa ditanami tebu. “Namun oleh masyarakat ditamami nanas, ubi bukan tanaman tahunan,” imbuhnya.
Menurut Acep, Kepala PTPN VII Perwakilan Sumatera Selatan, area yang terbakar didominasi tanaman tebu mendekati masa panen. Bahkan juga ada wilayah yang baru ditanam dengan bibit tebu.
Bukan hanya itu, dampak dari banyaknya luasan kebun tebu milik PTPN Cinta Manis yang terbakar juga membuat target RKAP (rencana kerja dan anggaran perusahaan) tidak tercapai. Tidak hanya merugi secara financial, Asep mengakui bila banyak pihak menyalahkan perusahaan dengan tuduhan sengaja membakar lahan perkebunan.
Acep meyakinkan tidak ada manfaatnya membakar lahan dengan sengaja. Menurutnya perseroan tidak bisa lagi menggunakan tebu-tebu itu untuk diolah karena kualitasnya semakin menurun. Bahkan katanya gula yang dihasilkan dari tebu yang terbakar akan menghasilkan rasa asam.
Setelah kejadian kebakaran lahan di Cinta Manis, pihaknya langsung melakukan investigas internal. PTPN VII menduga ada ada upaya pembakaran dengan sengaja oleh oknum tak bertanggung jawab. “Lahan kita itu sangat luas dan berbatasan dengan perkebunan-perkebunan milik masyarakat. Meski penjagaan kita banyak namun dengan luasan seperti itu cukup sulit memantaunya setiap waktu,” ujarnya.
Sejauh ini, perusahaan sudah menurunkan berbagai sarana dan prasarana pemadam kebakaran lahan. Acep menyebutkan, ada 4 unit mobil pemadam kebakaran, 15 unit traktor damkar, 2 unit mobil patroli, 12 unit traktor penyekat, 4 unit motor grader isolasi, puluhan menara pantau, ratusan unit knapsnak sprayer dan sebagainya.
Menanggapi hal itu, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru ikut mempertanyakan sebab musabab lahan perkebunan tebu yang terbakar itu dilakukan secara sengaja ataupun sebaliknya. Guna memastikannya, dia sudah menurunkan instansi atau tim seperti BLH dan tim teknis terkait lainnya.
Tim ditugaskan untuk mengecek langsung mengenai sebab musabab kebakaran lahan itu. “Aku perlu juga bertanya itu dibakar atau terbakar karena tebu itu semakin bau api, rendamannya makin bagus,” katanya.