Baik CN-235 maupun NC-212 dicetuskan Habibie kala mengembangkan entitas kedirgantaraan sejak Agustus 1976. Bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, perusahaan itu menjadi cikal bakal PTDI. Habibie yang mangkat Rabu malam lalu, di usia 83 tahun, pun sempat mengembangkan armada turbotrop berkapasitas 50 penumpang, N-250. Namun, pengembangannya terhambat krisis moneter pada 1998 - 1999.
Direktur Utama PT Dirgantara, Elfien Goentoro, pun memastikan standarisasi perawatan kedua produk di Indonesia. Kedua produk, menurut dia, tengah laris manis. "Bulan ini kita menyerahkan CN-235 ke Nepal, dan bulan depan ada dua NC-212 ke Thailand," tuturnya.
Dia menuturkan produk teranyar perusahaan, yakni N-219 dan N-245, juga didesain dengan konsep kegunaan yang diusung Habibie, yaitu penerbangan jarak dekat. Menurut Ketua Bidang Penerbangan Tidak Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Berriklinsky Prawiraatmadja, produk termutakhir PTDI itu akan diincar beberapa sektor penerbangan pendek, seperti carter dan layanan kargo jarak dekat.
Sertifikasi N-245 akan dikebut setelah N-219 mengantongi izin tipe N-219 dari Kementerian Perhubungan. "Sertifikasi N-219 harus selesai tahun ini," kata Elfien.
Kepala Sub Direktorat Sertifikasi Penerbangan Kementerian Perhubungan, Johannis Tangke, mengatakan dua purwarupa N-219 sudah melakoni separuh dari total syarat uji terbang yang ditetapkan, sekitar 300-350 jam. "Diupayakan tuntas sebelum 2020 meski
sempat ada perpanjangan," katanya, kemarin.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | AHMAD FIKRI