TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan pemutusan hubungan kerja yang dilakukan Bukalapak bukan sinyal akan gulung tikar. "Kalau saya sih bicara dengan foundernya enggak (merugi)," kata Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, 11 September 2019.
Rudiantara menjelaskan, industri yang melakukan PHK pada umumnya dilakukan kalau kinerja perusahaan sudah menurun. Tetapi, Bukalapak bukan lah pabrik. Ciri-ciri startup dinamis dan strateginya bisa berubah-ubah. Sehingga, perusahaan digital akan mencari orang yang lebih cocok.
Selain itu, kata Rudiantara, pertumbuhan Bukalapak naik tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. "Ini naik tiga kali masa PHK kayak gitu?" ujarnya.
Rudiantara berharap, karyawan yang diputus hubungan kerja oleh Bukalapak bisa seperti di Sillicon Valley. Model bisnis di sana adalah karyawan keluar dari perusahaan yang sudah besar seperti Google, kemudian membuat startup baru. Lalu menjadi bagian dari ekosistem induk nantinya akan diakuisisi oleh Google.
"Saya berharap di Indonesia juga gitu. Jadi karyawan di unicorn dan decacorn berpikir bagaimana dia suatu saat keluar jadi startup dan jadi bagian dari ekosistem induknya sehingga nanti diakusisi. Kalo jadi karyawan terus dapatnya berapa? Kalau jadi startup kan valuasinya tambah besar," katanya.
Bukalapak melakukan pemutusan kerja sekitar 10 persen dari total karyawannya atau sekitar 250 orang. Perusahaan tersebut melakukan kebijakan untuk merumahkan karyawan secara bertahap dan terencana. Kepala Komunikasi Korporat Bukalapak Intan Wibisono mengatakan, karyawan yang mengalami PHK telah mendapatkan kompensasi menarik.