TEMPO.CO, Jakarta - Untuk mencegah pemadaman listrik parah lagi, PT PLN (Persero) akan melakukan modifikasi pada mesin black start pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Cilegon. Pembangkit berkapasitas 10 MW itu dimodifikasi dengan nilai investasi sebesar Rp100 miliar.
Plt Direktur PLN, Sripeni Inten menerangkan, modifikasi tersebut dilakukan agar PLTGU Cilegon siap memberikan aliran listrik pada PLTU Suralaya jika sewaktu-waktu terjadi gangguan sistem. Adapun PLTU Suralaya terdiri atas tujuh unit dengan kapasitas total 3.400 MW, sekaligus menjadi yang terbesar di Jawa bagian barat.
Saat terjadi listrik padam massal atau blackout pada 4 Agustus 2019, proses menghidupkan PLTU Suralaya berjalan lambat. Hal tersebut karena tidak berfungsinya kemampuan black start yang dimiliki PLTGU Muara Karang dan PLTGU Cilegon.
"Penambahan fasilitas black start Muara Karang dan Banten [Cilegon] agar bisa memberikan aliran listrik ke PLTU Suralaya karena merupakan PLTU terbesar yang suplai kelistrikan," kata Sripeni dalam Rapat Dengar Pendapat antara Komisi VII DPR RI dengan Dirjen Ketenagalistrikan dan PLN, Selasa 10 September 2019.
Selain itu, PLN akan meningkatkan keandalan jaringan transmisi dari timur ke barat dengan memperkuat transmisi Paiton - Situbondo. PLN juga akan menarik SUTET 500 kV jalur utara Ungaran-Cibatu dua sirkuit yang dibagi dalam tiga tahap dengan penyelesaian keseluruhan pada akhir 2020.
Tahap pertama, pada Maret 2020, PLN berencana menarik dua sirkuit SUTET 500 kV jalur utara dari Ungaran ke Pemalang hingga sampai di Mandirancan. Selanjutnya, tahap kedua, penarikan SUTET dilanjutkan dari Mandarican hingga Indramayu pada Desember 2020. Ketiga, pada Desember 2020, penarikan SUTET dilanjutkan dari Indramayu ke Cibatu.
BISNIS