TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Perfektur Aichi Jepang, Hideaki Ohmura menyatakan minatnya untuk terlibat dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Sebab, Aichi sendiri saat ini sedang membutuhkan tenaga kerja dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Karena itu, Jepang menyambut baik masuknya pengembangan SDM sebagai salah satu program utama pemerintah Indonesia. "Kami sangat berminat untuk ikut terlibat dalam melakukan pendidikan atau pelatihan vokasi. Jadi baik tingkat pemerintah pusat atau pemda Aichi bersama dengan pihak swasta ikut berpartisipasi," kata Hideaki usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Senin, 9 September 2019.
Hideaki mengatakan, selama ini perusahaan dari Aichi, seperti Toyota dan Toyota Group Company sudah melakukan pengembangan SDM di Indonesia. Namun, Aichi sendiri saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja. Karena itu, ia pun menawarkan agar anak magang di Indonesia yang sudah mendapat pembekalan dapat bekerja di Jepang.
Menurut Hideaki, pemerintah Indonesia akan membentuk pusat-pusat bahasa Jepang untuk membekali WNI yang ingin bekerja di Jepang. "Bapak Wapres sangat setuju hal itu," katanya.
Adapun potensi tenaga kerja yang dibutuhkan, kata Hideaki, cukup banyak mengingat baru ada 7 ribu WNI di Aichi. Sedangkan warga Filipina yang kerja di Aichi ada 35 ribu orang, dan 30 ribu orang Vietnam. Untuk bidang pekerjaannya, JK meminta kepada Hideaki agar disediakan untuk profesi di bidang industri makanan selain otomotif.
Sebelum ini, Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dakiri mengatakan dalam waktu lima tahun ke depan, Jepang membutuhkan 350 ribu pekerja dari 14 sektor. Karena populasi di sana sangat minim, maka Jepang pun semakin membuka diri untuk penempatan tenaga kerja asing.
"Penandatanganan kerja sama ini untuk penempatan tenaga kerja skilled. Lima tahun mendatang Jepang membutuhkan sekitar 350 ribuan tenaga kerja skilled di 14 sektor. Itu kita akan berpartisipasi melalui kerja sama ini agar dimanfaatkan warga kita, untuk bisa mendapatkan pengalaman kerja di Jepang," kata Hanif di kantor Kementerian Tenaga Kerja, Selasa 25 Juni 2019.
Menurut Hanif, selama ini Jepang relatif tertutup untuk tenaga kerja asing. Namun, sekarang karena masalah populasi di sana, mereka pun membuka diri untuk penempatan pekerja migran.
Hanif mengatakan, secara prinsip Jepang saat ini mengalami aging population atau penuaan populasi. Sebaliknya di sisi lain, Indonesia mengalami bonus demografi. Jadi kerja sama ini sangat menguntungkan kedua negara dan memberi manfaat kedua belah pihak. "Nanti lima tahun ke depan mudah-mudahan kita bisa mengambil setidaknya 20 persen kebutuhan tenaga kerja mereka," ujar dia.
FRISKI RIANA | EKO WAHYUDI