KDL memiliki dua segmen bisnis yakni pembangkit listrik dan distribusi gas di Kawasan Industri Cilegon. Bisnis pembangkit listrik akan dibeli oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Adapun, bisnis distribusi gas akan dilakukan spin off yang selanjutnya dibentuk joint venture dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Silmy menargetkan divestasi KDL dapat selesai pada tahun ini.
Sementara itu, perusahaan sedang menimbang penawaran dengan harga terbaik untuk divestasi KTI. Selain PTPP, Silmy menyebut banyak institusi yang mengajukan minat terhadap anak usaha yang bergerak di bidang distributor dan pengolahan air itu. "Ada 5 (perusahaan) lainnya,” katanya.
Krakatau Steel mengincar dana US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari pelepasan aset non-core. Dana yang didapatkan itu akan digunakan untuk membayar utang. Selain KDL dan KTI, perseroan juga akan melepas PT Krakatau Bandar Samudera (KBS).
Lebih lanjut, Silmy mengatakan, pihaknya bersama dengan Posco, perusahaan baja asal Korea Selatan tengah menggenjot kapasitas produksi pabrik PT Krakatau Posco di Cilegon yang bakal dimulai pada November 2019. Tahap ini merupakan bagian untuk merealisasikan kapasitas produksi 10 juta ton per tahun.
Jika pada awalnya kapasitas produksi Krakatau Posco 3 juta ton, maka akan ditingkatkan menjadi 6-8 juta ton. "Jadi total KP (Krakatau Posco) dan KS (Krakatau Steel) sebesar 10 juta ton,” kata Silmy.
BISNIS