TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Logistik tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa Badan Usaha Milik Negara, seperti Garuda Indonesia dan PT Pos Indonesia. Dengan demikian perseroan bisa berekspansi untuk meningkatkan volume angkutannya.
"PT KA Logistik kan berbasis kereta api, sehingga kami punya keterbatasan, makanya kita membuka kerja sama dengan beberapa BUMN," ujar Pelaksana Tugas Direktur Utama PT KA Logistik Hendy Helmy di Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu, 7 September 2019.
Kerja sama dengan PT Pos Indonesia misalnya dilakukan sehingga perseroan mendapat bantuan untuk melakukan feeder dari dan menuju kereta api. Dalam konsep ini, jalur kereta api akan menjadi tulang punggung pengantaran, sementara pengiriman dari pelanggan menuju terminal dan sebaliknya rencananya dilakukan Pos.
Sementara untuk kerja sama kargo dengan Garuda Indonesia akan dilakukan dengan cara PT KA Logistik melayani pengantaran di pulau Jawa, sementara untuk pengantaran ke wilayah di luar jangkauan kereta api akan dilakukan oleh maskapai pelat merah tersebut.
"Dengan garuda sudah penjajakan, tapi beberapa angkutan secara non institusi atau bayar langsung mereka sudah gunakan layanan kereta api. Kerjasama kita kejar tahun ini. Jadi ke depannya bisa lebih enak," tutur Hendy.
Hendy berharap kerja sama strategis itu bisa menekan biaya logistik yang dinilai masih cukup tinggi, sehingga lebih hemat. "Misal di pengantaran kita tidak ahli di sana makanya kita kerjasama agar tidak terlalu mahal. Sekarang zamannya kolaborasi bukan monopoli."
Melansir Antara, PT KA Logistik tercatat mengalami pertumbuhan volume angkutan barang rata-rata 18,8 persen setiap tahun dan pertumbuhan ini akan terus terjaga hingga lima tahun ke depan. Pertumbuhan yang sangat positif itu tetap terjadi walaupun masih banyak kendala belum teratasi.
Salah satu kendalanya adalah dominasi barang masih satu arah, yakni Jakarta ke Surabaya hingga kapasitas penuh. Sementara arah Surabaya ke Jakarta ke Surabaya hanya terisi 20-40 persen dari kapasitas armada.
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau Kemenhub Zulmafendi mengatakan peran kereta api dalam angkutan barang masih sangat kecil, yakni hanya satu persen dari total pengangkutan.
Sebesar 90 persen pengangkutan, masih dilakukan angkutan truk, namun pertumbuhan volume barang yang diangkut tiap tahun terus meningkat. Jika pada 2016 volume barang hanya 32,49 juta ton, tahun 2017 meningkat menjadi 40 juta ton, dan tahun 2018 naik lagi menjadi 45,2 juta ton.
"Ada banyak kelebihan yang didapat dengan pengangkutan kereta api. Misalnya kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, efisien, emisi gas buang yang rendah, dan keamanan,” katanya. Namun, kata dia, pengangkutan dengan kereta barang juga mempunyai kekurangan, seperti belum adanya layanan dari pintu ke pintu sehingga biaya penanganan lebih mahal dibanding moda truk.
ANTARA