TEMPO.CO, Pontianak - Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menyerahkan tanah kepada masyarakat Kalimantan seluas 19.499,75 Hektare untuk 760 Penerima dan 3.223 Kepala Keluarga (KK). Dia berharap lahan tersebut dapat dimanfaatkan, atau dicabut kembali.
“Nanti lahannya juga harus produktif, jangan dianggurkan, nanti bisa dicabut,” ujar Presiden di Taman Hutan Digulis Pontianak, Kalimantan Barat, 5 September 2019. Pembagian SK Tanah Objek Reforma Agraria ini dapat memberikan kepastian hukum kepada masyarakat kecil. Setelah itu, masyarakat bisa mengupayakannya untuk mendapat bantuan pembiayaan, atau pendampingan dari pemerintah daerah setempat.
“Ini bukan hanya yang (memiliki) lahan gede-gede, tapi untuk rakyat yang memiliki lahan kecil-kecil juga kita berikan,” tambahnya. Jokowi berharap masyarakat dapat segera mengurus sertifikat tanah ke Agraria setelah mendapatkan SK tersebut. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, kata Jokowi, telah menyatakan kesiapan untuk segera mengeluarkan sertifikat milik warga yang telah mendapatkan SK TORA.
Di kesempatan lain, Jokowi memanggil dua warga untuk mendengarkan rencananya dalam mengelola lahan milik mereka. Agung Gregorius, warga Sekadau, Kalimantan Barat maju ke depan setelah menyatakan akan menanami lahannya dengan jengkol.
Agung memiliki lahan sekitar satu hektare, dia memprediksi lahan tersebut dapat menghasilkan 200 pohon jengkol. “Harganya sedang bagus, bisa mencapai Rp18 ribu per kilo. Di jual ke Jawa,” katanya. Mendengar itu, Jokowi tergelak. “Yang nanam di Kalimantan, yang makan di Jawa,” ujarnya.
Seorang warga lainnya, Hermanus, juga asli Sekadau, dengan semangat mengutarakan akan menanami lahannya dengan singkong. “Singkong bisa dimakan pengganti nasi. Semua juga suka, ayam, babi suka singkong,” katanya. Pernyataan Hermanus yang polos disambut tawa riuh hadirin. Hermanus bahkan mengaku tak tahu berapa banyak singkong yang akan ditanam di lahannya yang seluas satu hektar tersebut.
“Tak pernah saya hitung pak. Tanam-taman saja. Bua tapa dihitung,” cetusnya. Hermanus bahkan tidak akan menjual singkong miliknya. Menurutnya, singkong untuk dinikmati oleh keluarganya di kampung sebab ongkos angkutnya mahal bila dijual ke kota.