TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai teknologi finansial alias fintech lebih ampuh dalam mendorong inklusi keuangan ketimbang perbankan.
"Perbankan akan membantu dalam membuka rekening tetapi sedikit sekali yang sebenarnya rekening aktif," ujar dia di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu, 4 September 2019.
Dengan kondisi seperti itu, dia mengatakan memang ada sumbangsih perbankan dalam inklusi keuangan. Namun inklusi itu masih kurang dalam. Sementara, inklusi keuangan menggunakan fintech justru cukup dalam.
Dia melihat masuknya ekonomi keuangan digital sudah tidak bisa ditawar lagi. "Ini adalah masa depannya dunia, bukan hanya Indonesia," tutur dia. Kalau hingga beberapa tahun lalu, sejumlah pihak masih membicarakan persoalan disrupsi, maka saat ini mau tidak mau Indonesia ikut masuk mengikuti tren digital yang mulai merebak.
Senada dengan Darmin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan fintech bisa diarahkan untuk mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Saat ini inklusi keuangan di Indonesia masih berada di kisaran 51 persen. Target inklusi keuangan sisanya, menurut dia, akan coba didobrak oleh kehadiran fintech.
Misalnya, ujar Perry, agar 60 juta usaha mikro, kecil, dan menengah nantinya didorong untuk bisa menggandeng e-commerce atau fintech. "Itu potensi yang berkembang sekarang," kata dia. Apalagi ia melihat hampir semua aspek kehidupan masyarakat memang sudah tersentuh teknologi digital.
Ia pun mengenang saat dulu menjual beras harus ke pasar melalui rantai yang cukup panjang sekarang sudah mulai sederhana. "Sekarang ada anak muda kembangkan startup sehingga bisa membeli beras dari petani dan jual langsung ke konsumen," tutur Perry. "Startup di mana pun ini yang akan dikembangkan terus, ini yang akan dikembangkan ekonomi keuangan ke depan mendorong inklusi keuangan."
CAESAR AKBAR