TEMPO.CO, JAKARTA – Sejumlah bank milik pemerintah atau badan usaha milik negara (BUMN) bersiap tancap gas setelah pergantian direksi. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Achmad Baiquni, misalnya, berambisi menggenjot kredit pasca-pergantian direksi. “Kami berupaya untuk mencapai target pertumbuhan kredit di tengah ketidakpastian keuangan global,” kata dia, Selasa 3 September 2019.
BNI menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini 13 persen. Pertumbuhan kredit BNI mencapai 20 persen dari Rp 457,81 triliun pada semester I tahun lalu menjadi Rp 549,23 triliun pada Januari-Juni lalu.
Baiquni mengatakan BNI juga akan meningkatkan kinerja anak usaha, yaitu BNI Syariah dan BNI Sekuritas, dengan menambah modal. Pada tahap pertama, BNI menyuntikkan modal Rp 225 miliar dan tahap dua diperkirakan akan dilakukan pada akhir 2019. “Namun rencana akuisisi perusahaan asuransi sementara kami tunda demi menambah modal anak usaha,” ujar dia.
Jumat lalu, rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) BNI memutuskan untuk mengganti sejumlah direktur. Catur Budi Harto, yang awalnya menjabat Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Jaringan BNI, kini ditunjuk sebagai Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Posisi Catur digantikan oleh Tambok P. Setyawati.
Posisi Direktur Bisnis Konsumer yang ditinggalkan Tambok diisi oleh Anggoro Eko Cahyo, yang awalnya menjabat sebagai Direktur Keuangan. Jabatan Anggoro digantikan oleh Ario Bimo. Pertukaran jabatan juga terjadi antara Bob Tyasika Ananta, yang kini menjabat Direktur Tresuri dan Internasional; dan Rico Budidarmo, yang kini menjabat sebagai Direktur Manajemen Risiko.
Direktur Utama BRI, Sunarso, yang baru ditunjuk Senin lalu, menyiapkan strategi transformasi digital. Dia mengatakan akan menyasar pasar kredit mikro yang juga digarap perusahaan teknologi finansial (fintech). BRI akan menciptakan produk-produk keuangan khas fintech, seperti pembiayaan skala kecil bertenor singkat, dengan proses yang mudah dengan bantuan teknologi. “Kami akan go smaller dan go shorter. BRI mempunyai kapasitas dan kapabilitas seperti fintech.”
Sedangkan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk bersiap untuk mengakuisisi perusahaan modal ventura untuk mendukung bisnis pembiayaan perumahan dan pendapatan non-bunga. “Kami berharap upaya ini dapat menumbuhkan laba,” kata Sekretaris Perusahaan BTN, Achmad Chaerul.
Perusahaan modal ventura yang dibidik BTN adalah PT Sarana Papua Ventura, anak usaha PT Bahana Artha Ventura. Bahana Artha Ventura ialah anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero).
Adapun PT Bank Mandiri (Persero) Tbk berupaya menjaga kualitas pembiayaan. Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri, Alexandra Askandar, mengungkapkan, hingga paruh pertama tahun ini, perseroan berhasil menekan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 54 basis point menjadi 2,59 persen. “Angka ini merupakan yang terendah sejak triwulan II 2015,” ujarnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah, mengatakan manajemen bank pelat merah harus menjaga kinerja pasca-pergantian pengurus. “Tantangan terbesar adalah memacu pertumbuhan supaya bisa bersaing dengan bank di level regional atau yang lebih luas lagi,” kata dia.