TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menduga kecelakaan Tol Cipularang disebabkan dua faktor di antaranya truk yang membawa muatan berlebihan (overload). Truk overload itu diduga menjadi penyebab awal kecelakaan beruntun, yang melibatkan 21 mobil.
"Over loading itu juga menjadi masalah karena berkaitan dengan kestabilan," kata Budi saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa, 3 September 2019.
Budi mengatakan urusan kelebihan muatan pada truk ini seharusnya sudah selesai sejak Mei ini. Pemerintah telah mengatur agar truk yang mengantarkan hasil ekspor agar tak kelebihan muatan.
Budi pun mengatakan akan berbicara dengan pelaku-pelaku terkait, tentang hal ini. Ia mengatakan aturan terkait over loading ini harus ditegaskan kembali.
"Mungkin akan secara terbatas melakukan exercise terhadap over loading ini. Paling tidak ada suatu treatment bahwa kita nyatakan mobil-mobil yang over loading itu apa treatment-nya. Nah ini akan kita diskusikan dengan stakeholder," kata dia.
Selain akibat overload, Budi menduga kecelakaan diakibatkan masih adanya ketidakdisiplinan dalam berkendara. Ia menyebut akan membuat regulasi lagi, agar sopir-sopir dapat lebih berhati-hati dan tak mengebut saat berkendara di tol.
"Apakah dengan teknik kamera atau apa gitu, dengan suatu punishment yang sangat signifikan sehingga sopir-sopir itu taat," kata Budi.
Kecelakaan Tol Cipularang, Senin, 2 September 2019, melibatkan 21 kendaraan dan menyebabkan delapan korban meninggal. Kecelakaan diduga akibat truk yang kehilangan keseimbangan hingga menabrak mobil di sebelahnya.