TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memiliki nahkoda baru. Sunarso, yang tadinya menjabat sebagai wakil direktur utama, akhirnya ditetapkan menggantikan Suprajarto menjadi direktur utama BRI. Adapun Suprajarto diberhentikan dengan hormat dari posisinya, pasca ditunjuk menjadi direktur PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, menggantikan Maryono, pada Kamis pekan lalu.
Sunarso menuturkan di bawah kepemimpinannya, BRI akan terus konsisten meningkatkan dominasinya pada pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lebih luas lagi. “BRI harus bisa melayani rakyat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin,” ujar dia dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di kantornya, Jakarta, Senin 2 September 2019.
Sunarso berujar upaya yang dilakukan utamanya menggencarkan transformasi digital dan kultural dengan menciptakan model bisnis dan pelayanan yang efisien. “Biaya-biaya harus diturunkan, proses juga harus dipercepat dengan digitalisasi, sasarannya kami akan lebih fokus ke mikro yaitu menyasar ceruk pasar yang belum disentuh bisnis pembiayaan lain,” katanya.
Dia menambahkan pasar mikro baru yang dimaksud di satu sisi bersinggungan dengan area pembiayaan industri teknologi finansial (fintech). Pasalnya, BRI akan menciptakan produk-produk keuangan khas fintech, yang di antaranya menawarkan pembiayaan dalam jumlah lebih kecil dan tenor yang lebih cepat, dengan proses yang mudah dilakukan secara digital.
“Kami akan go smaller dan go shorter, sehingga BRI harus memiliki fintech, serta mempunyai kapasitas dan kapabilitas sebagai fintech juga,” ujar Sunarso.
Sunarso melanjutkan, ke depan BRI juga akan berfokus untuk menjaga kinerjanya yang selama ini sudah cukup memuaskan. Hingga akhir semester 1 2019, secara konsolidasi BRI mencatat perolehan profibilitas tertinggi dibandingkan bank lainnya, yaitu sebesar Rp 16,16 triliun, atau tumbuh 8,2 persen secara tahunan.