TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur Bank Indonesia periode 2013-2018 Agus D.W. Martowardojo meluncurkan buku biografi dirinya selama berkarir di dunia profesional perbankan, birokrasi hingga menjadi gubernur bank sentral selama 30 tahun. Buku yang diberi judul "Agus Martowardojo Pembawa Perubahan" itu diterbitkan oleh BI Institute.
Dalam pidato peluncuran, Agus mengatakan bahwa buku ini berisi 7 babak mengenai perjalanan hidup mulai dari bersekolah di Amsterdam saat mengikuti ayahnya Soejono Martowardojo. Di sana sang ayah menjadi direktur yang mengurusi perdagangan tembakau.
"Ayah saya berpesan dalam segala macam kondisi harus punya kaki kuat, dan tentu prinsip integritas dalam keadaan senang sedih bahagia. Serta jangan jadi orang membebani orang lain," kata Agus di Gedung Thamrim, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Senin 2 September 2019.
Dalam buku biografi itu, Agus juga bercerita mengenai karirnya sebagai profesional ketika diminta untuk menangani banyak bank-bank yang tengah menghadapi krisis. Di sana, dia sering diminta untuk menangani bank-bank yang sering tidak sehat hingga memiliki rasio non performing loan (NPL) di atas 20 persen.
Tak hanya itu, dalam buku itu, Agus juga bercerita tentang pengalaman dan tantangannya selama menjadi Menteri Keuangan periode 2010-2013. Saat itu, Kementerian tengah menjalankan kebijakan reformasi birokrasi termasuk pajak. Serta mesti menghadapi harga minyak yang tinggi hingga menyebabkan defisit keuangan negara.
Lebih lanjut, buku tersebut juga berisi mengenai periode awal Bank Indonesia usai menghadapi pengurangan kewenangan lembaga dari sisi pengawasan bank. Khususnya ketika mulai munculnya lembaga Otoritas Jasa Keuangan atau OJK. Apalagi ekonomi dunia juga tengah menghadapi berakhirnya era quantitative easing dari Bank Sentral Amerika Serikat.
"Akibatnya, dampak keuangan global sangat besar, capital reversal banyak terjadi dan terkecuali Indonesia, ini perlu stabilitasi," kata Agus.
Kepala Editor Buku "Agus Martowardojo Pembawa Perubahan", Hermien Y Kleden menyebutkan alasan buku ini diberi judul pembawa perubahan. Salah satunya, karena sosok Agus memiliki fondasi integritas ketika memimpin sebuah institusi.
Fondasi nilai integritas tersebut, tetap dipegang oleh Agus ketika dirinya berkarir sebagai profesional, birokrat hingga memimpin bank sentral selama 30 tahun. Fondasi integritas inilah, kata Hermien, yang tetap dipegang Agus saat menghadapi masa krisis dalam memimpin sebuah institusi.
"Kami melihat beliau adalah seorang birokrat yang punya kemampuan teknokrasi dan pelaku industri yang berpikir seperti ekonom. Kami harap biografinya bisa menjadi lesson learn bagi masyarakat luas," kata Hermien.