TEMPO.CO, Nunukan - Hanya dua orang dari sepuluh pelajar SMAN 1 Krayan yang mengacungkan tangannya saat Tempo bertanya soal kepemilikan akun media sosial. Sisanya mengaku belum pernah membikin akun di dunia maya. Pasalnya, biaya akses internet di Desa Long Bawan, Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara, memang tidak murah.
Sembari duduk santai bersama teman-temannya, Aprivlorita Angelina, salah seorang siswa kelas 2 menceritakan dia sempat membuka akun media sosial sebelum pindah ke desa tersebut. Dua tahun lalu, ia tinggal di daerah yang lebih terjamah internet, Kabupaten Malinau. Namun, lantaran ikut orang tuanya pindah tugas ia pun kini jarang membuka akun media sosialnya.
"Sekarang saya sudah jarang membuka Instagram maupun Facebook," ujar Angelina saat berbincang dengan Tempo di sekolahnya, Jumat, 31 Agustus 2019. Dulu, ia mengaku bisa menghabiskan duit hingga Rp 150 ribu per bulan untuk membeli paket data. Namun, saat ini ia sudah tak lagi membeli paket data.
Angelina mengaku tidak terlalu bosan meski tidak lagi bisa mengakses media sosial. Gawainya pun kini hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS, di samping menonton video dan mendengarkan lagu yag pernah diunduhnya dulu.
Selain Angelina, siswa yang mengaku pernah membuat akun media sosial adalah Hasan Andika. Ia mengaku dikenalkan dengan media sosial kala pergi ke kota bersama kakaknya. "Waktu itu dikenalkan bikin akun media sosial di kota waktu liburan, tahunya sampai di sini enggak bisa dibuka lagi," ujar dia mengenang.
Untuk bisa membuka akun Instagramnya, Andika mesti rela merogoh kocek agak dalam untuk membeli paket wifi di warung. Harga paket di Long Bawan tak murah. Harga paling rendah adalah Rp 20 ribu untuk paket 120 megabyte. Ketimbang membuka media sosial, ia memilih menggunakan akses internet itu untuk menghubungi keluarganya yang tersebar di beberapa wilayah.
"Karena kalau dipakai WhatsApp itu paketnya lama habisnya,...