Salah seorang staf Telkomsel yang Tempo temui di Krayan mengatakan mahalnya internet di desa yang berjarak 20 menit dari perbatasan Indonesia - Malaysia itu, disebabkan koneksi internet di sana mesti menggunakan satelit. Berbeda dengan di kota yang bisa menggunakan optik fiber atau radio IP. Adapun BTS yang tersedia di sekitar Long Bawan pun hanya ada dua, sehingga masih di bawah kebutuhan.
Pegawai Kecamatan Krayan Naftali pun menceritakan kesulitan masyarakat mengakses internet. Satu-satunya andalan masyarakat untuk bisa mendapat internet adalah dengan membeli paket wifi. "Kalau internet tidak bisa kecuali pakai wifi," ujar dia.
Paket internet itu biasanya dijual di beberapa titik, misalnya penginapan ataupun warung internet. Untuk mendapat 120 megabyte internet wifi, warga harus menebusnya dengan duit Rp 20.000. Karena itu, Naftali mengatakan para konsumen internet mesti irit-irit dalam mempergunakan akses data tersebut.
"Tergantung kebutuhan, bisa Rp 25 ribu, tapi kuotanya juga cepat habis. Lalu beli lagi. Kalau semakin banyak buka, ya kita akan bayar terus. Itu faktanya," ujar Naftali. Di samping biayanya yang dinilai menguras kantong, jaringan di sini pun sering ngadat alias gangguan. Apalagi kalau penggunanya sedang banyak, tuturnya, internet semakin lambat. Karena itu, ia mengaku tidak sering menggunakan internet.
Adapun akses intenet wifi itu seringnya dimanfaatkan oleh anak muda di sana, misalnya anak-anak sekolah. Pasalnya, kata Naftali, para pelajar perlu mengakses internet untuk mendapat bahan ajar. Karena itu, ia berharap ke depannya internet bisa semakin mudah dijangkau masyarakat.
CAESAR AKBAR