TEMPO.CO, Jakarta - Ditinggalkan pusat pemerintahan karena Kalimantan Timur telah dipilih sebagai ibu kota baru, properti di DKI Jakarta justru diprediksi berpotensi tumbuh makin pesat. Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan hal ini lantaran Jakarta bisa lebih tertib, sehingga menjadi pertanda dan potensi yang sangat baik untuk Jakarta.
“Kan nanti kantor-kantor pemerintahan bakalan kosong, ini bisa disewakan untuk perusahaan-perusahaan yang sedang ekspansi, terutama perusahaan asing di Indonesia,” katanya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Dengan posisi properti pemerintahan yang ditinggalkan di lokasi-lokasi yang strategis, harga tinggi tidak akan menjadi masalah bagi pengisi gedung-gedung. Untuk apa pun peruntukannya, baik rumah tinggal, perkantoran, maupun kawasan komersial.
Selain itu, jika selama ini banyak demo yang menyerang kantor pemerintahan sehingga pihak keamanan harus menutup sejumlah ruas jalan, dengan ibu kota baru, hal itu bisa dihindari. Jalanan di Jakarta bisa menjadi lebih lancar dan tertata.
“Hal ini imbasnya baik sekali, bisnis jadi lebih lancar, investor yang mau masuk juga lebih tenang. Mereka kan takut sama demo-demo, kalau sudah enggak ada kan lebih aman,” kata Lukas.
Lukas menyebutkan bahwa setelah pindah ibu kota, pasar properti Jakarta justru akan lebih hidup. Apalagi, Presiden Joko Widodo juga sudah menjanjikan bahwa Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan.
Ia meyakini, Jakarta tak akan ditinggalkan kendati ada ibu kota baru. Kota megapolitan ini akan dikembangkan terus menjadi pusat bisnis, pusat keuangan, perdagangan, dan jasa berskala regional dan global. Dengan begitu, Jakarta tak akan diabaikan sehingga harga properti di Jakarta pun tak akan turun.