INFO BISNIS — Di tengah ketidakpastian ekonomi makro dan pasar batu bara yang fluktuatif, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) pada semester pertama 2019 mampu mencatatkan pendapatan US$ 1,7 miliar, atau naik sekitar 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,6 miliar.
“Kami gembira dengan hasil yang dicapai dalam enam bulan pertama tahun 2019, di tengah tantangan makro dan ketidakpastian pasar batu bara global. Disiplin biaya terus diterapkan demi mempertahankan marjin yang sehat. Walaupun harus waspada terhadap perkembangan industri di tahun ini, kami masih optimistis terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang. Model bisnis kami terbukti tangguh dalam menghadapi siklikalitas industri ini dan memungkinkan perusahaan untuk mengelola pasar di jangka pendek," kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, 22 Agustus 2019 lalu, saat mengumumkan laporan keuangan konsolidasian yang telah dikaji oleh KAP Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan.
Baca Juga:
Adaro Energy mencatat, EBITDA operasional yang solid sebesar US$ 691 juta atau naik 17 persen yoy, dan mempertahankan marjin EBITDA operasional yang tinggi pada tingkat 39 persen. Hal ini sesuai dengan panduan EBITDA untuk satu tahun yang berkisar US$ 1 miliar-US$ 1,2 miliar.
Laba inti juga naik 38 persen menjadi US$371 juta, yang menunjukkan kinerja bisnis inti yang memuaskan dan keunggulan operasional. Sementara, total kontribusi kepada Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti dan pajak penghasilan badan pada semester I 2019 mencapai total US$ 356 juta.
"Kami tetap berkomitmen terhadap penciptaan nilai yang berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan, yang juga meliputi kontribusi dalam bentuk royalti dan pajak kepada Pemerintah Indonesia,” ujar Garibaldi. (*)
Baca Juga: