TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 sebesar 5,08 persen. Angka proyeksi itu jauh di bawah asumsi makro yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2019, yaitu sebesar 5,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi tersebut juga masih di bawah outlook pemerintah yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen. Adapun pada semester II 2019, ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,11 persen.
"Sehingga untuk total 2019 pertumbuhan itu 5,08 persen atau kalau dibulatkan 5,1 persen. Itu adalah forecasting, yang di 5,2 persen kami masih taruh di sana. Kami di dalam internal untuk kami sendiri, kita lihat di 5,08 persen total," ujar Sri Mulyani saat rapat bersama Komisi Keuangan DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis, 29 Agustus 2019.
Sri Mulyani mengatakan, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut ia masih berharap ada akselerasi dan eksekusi dari belanja pemerintah. Sebab, ia melihat belanja modal pada semester I 2019 terpantau masih sangat lambat. Bahkan ia mencatat masih ada kementerian yang belanja modalnya baru 30-34 persen. "Untuk belanja barang dan pegawai mungkin enggak akan menjadi masalah karena untuk bantuan sosial sudah besar sejak awal."
Di samping itu, Sri Mulyani juga berharap investasi pada semester II 2019 bisa lebih kuat dari semester I 2019. Pasalnya, suku bunga Bank Indonesia sudah mulai turun dan arus modal masuk sudah mulai terjadi lagi. Kendati, ia mengatakan masuknya investasi itu agak tricky untuk diprediksi.
Pada semester I 2019 pertumbuhan investasi hanya 5,02 persen atau lebih rendah dari 2018 yang bisa mendekati 6 persen di tengah gejolak global. Untuk semester II 2019, diharapkan pertumbuhan investasi menguat tipis ke kisaran 5,2 persen.
"Jadi semester ini kita kembali ke 5 persen, itu pertama kan di kuartal I betul-betul mendekati pemilu, sehingga slowing down, sementara pada kuartal II arus modal naik dan penanaman modal dalam negeri kuat, kami berharap momentum ini menguat di semester II," kata Sri Mulyani. Adapun ekspor semester II terpantai masih di zona negatif.
CAESAR AKBAR