TEMPO.CO, Bandung —Pemerintah Jawa Barat meneken naskah kerja sama dengan PT Astra Internasional untuk membantu membenahi kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). “Hari ini reposisi kurikulum SMK di Jawa Barat sedang dimulai, dengan menitipkan relevansi SMK ke industri-industri. Astra sudah membimbing 350 SMK oleh kurikulum Astra, nanti teknologinya investasi dari Astra, SMK mengikuti,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di Gedung Sate, Bandung, Kamis, 29 Agustus 2019.
Ridwan Kamil mengatakan, program reposisi sekolah kejuruan tersebut untuk menekan pengangguran terbuka Jawa Barat, yang sebagian besar berasal dari lulusan SMK. “Pengurangan pengangguran (lulusan) SMK sudah dimulai dengan mitra strategis, diadopsinya, SMK-SMK oleh industri,” kata dia.
Adapun SMK yang dititipkan pada Astra Internasional sementara diminta fokus untuk mengejar pendidikan keterampilan di bidang otomotif dan digital. “Sementara fokus di otomotif dan digital, di 4.0," kata Ridwan Kamil.
Astra Internasional diminta untuk terus memperbarui pendidikan keterampilan masing-masing SMK tersebut. “Tolong setiap ada teknologi baru yang dibutuhkan di industrinya, segera pusat pelatihannya mengundang SMK-SMK, guru-gurunya untuk ikut beradapatasi dengan teknologi itu,” Ridwan Kamil berharap.
Di Jawa Barat, tutur Ridwan Kamil, terdapat 2.950 SMK baik negeri dan swasta. Hanya 9,6 persen, atau 283 SMK berstatus sekolah negeri. “Kalau Astra, satu bisa dengan 300-an SMK, maka tinggal butuh 10-12 industri sebesar Astra untuk menjadi mitra Jawa Barat membina SMK, sehingga diharapkan nanti lulusannya berkualitas, diserap oleh pasar , dan pengangguran akan turun drastis dari lulusan SMK,” kata dia,
Kepala Divisi CSR, PT Astra Internasional TBK, Riza Deliansyah mengatakan, kerja sama dengan pemerintah Jawa Barat ini kelanjutan dari kemitraan Grup Astra dengan Kementerian Pendidikan untuk pengembangan SMK di tiga provinsi, salah satunya Jawa Barat. “Khususnya untuk pengembangan link and match antara industri dengan SMK yagn ada di Jawa Barat,” kata dia, Kamis, 29 Agustus 2019.
Riza mengatakan, setiap tahunnya Astra menerima 30-40 persen pegawainya berasal dari siswa SMK untuk mengisi pekerja di lini produksi. “SMK ini kebanyakan digunakan untuk di lini produksi, mereka pekerjaannya one man one machine, itu sekitar 30-40 persen,” kata dia.
Astra sengaja bekerja sama dengan sejumlah provinsi untuk mempertahankan daya serap pegawai baru dengan porsi tersebut. “Kita ingin mempertahankan itu, karena kalau gap terlalu jauh, antara SMK yang produksi siswa dengan yang kami terima, kami melatihnya lama, di pabrik masa orientasinya lama karena megang tang belum bener, welding gak bisa, dengan kasih ilmu ke SMK, maka pondasi sudah ada, kita lebih cepat, langsung bisa kerja,” kata Riza.
AHMAD FIKRI