TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dan Mozambik, salah satu negara di Afrika bagian Selatan telah meneken kesepakatan soal penurunan tarif ekspor atau Preferensial Trade Agrement pada Selasa 27 Agustus 2019. Kesepakatan ini tertuang bahwa Indonesia akan menurunkan tarif untuk 242 pos tarif kepada Mozambik diantaranya adalah kapas, tembakau, produk perikanan, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan. Sedangkan Mozambik akan memberikan penurunan tarif untuk 217 pos tarif kepada Indonesia, diantaranya adalah produk perikanan, buah-buahan, minyak sawit, margarine, sabun, karet, produk kertas, alas kaki, produk tekstil.
Tidak hanya soal ekspor dan impor, Menteri Perindustrian dan Perdagangan Mozambik, Ragendra Berta de Sousa mengharapkan Indonesia bisa lebih banyak berperan dalam pengembangan industri lokal. "Kami memiliki banyak opportunity untuk Industri, apalagi dengan dibukanya sumber energi gas baru," katanya dalam pidato di ajang Bussiness Forum di Hotel Gracia, Kota Maputo, Mozambik, Rabu 28 Agustus 2019.
Ia mengungkapkan Mozambik memiliki sumber daya alam yang memadai dengan penduduk yang cukup besar siap menjadi tenaga kerja yang gigih. Pejabat keturunan India ini mencontohkan industri tekstil yang selama ini mengandalkan produk jadi garmen di Indonesia bisa dikembangkan karena Mozambik memiliki kapas yang berlimpah. "Harapannya kerjasama ini nanti bisa terealisasi menjadi real project dan dapat terjadi alih teknologi," katanya.
Jika nantinya industri dibangun di Mozambik, negara di selatan Benua Afrika ini menargetkan bisa mengerek pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 3,8 persen meningkat menjadi 5 persen. "Saya percaya kerjasama ini juga akan berimbas positif bagi Indonesia karena bisa diekapor juga di negara Afrika lainnya," ujarnya.
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan ketertarikan tawaran investasi di Mozambik. Ia menyebutkan ekspor Indonesia bisa bertumbuh jika Mozambik menjadi hub bagi produk yang akan dipasarkan di negara lain Benua Afrika.
Mantan Komisi Luar Negeri DPR ini akan mengajak sejumlah pengusaha dan perusahaan mulai dari tekstil, makanan ringan hingga kopi untuk bisa membuka investasi di Mozambik. Diantara yang akan dilibatkan adalah Indofood, Mayora dan PT Santos Jaya Abadi yang memproduksi kopi. "Setelah opening diharapkan bisa mengevaluasi dan mengembangkan agar bisa menyebar di negara lain di Afrika," ujarnya seusai bertemu Perdana Menteri Mozambik Carlos Agostinho do Rosario.
Enggar pun yakin fasilitas yang dimiliki Mozambik memadai sebagai hub. Salah satunya adalah pelabuhan Maputo di pinggiran Kota Maputo, Mozambik. Pelabuhan Moputo dikelola oleh Maputo Port Development Company (MPDC) yang pada tahun 2018 mampu menangani 19,5 juta ton kargo, baik ekspor maupun impor, meningkat 7,4 persen dibandingkan dengan tahun 2017. "Saya sampaikan saat bertemu PM bahwa pelabuhan ini akan bertambah ramai pada 2020 setelah kesepakatan ini berjalan, dan dia tertawa," ucapnya.
Dalam kesempatan ini, sejumlah pengusaha atau importir Mozambik mempertanyakan kapan kesepakatan ini diberlakukan selain itu berharap agar fasilitas kargo bisa langsung ke Indonesia tanpa transit. Enggar memastikan proses ratifikasi butuh waktu 60 hari.
Selain itu, Enggar juga mengharapkan hubungan kerjasama ini terus meningkat salah satunya keterlibatan Mozambik dalam ajang Bussines Expo di Indonesia yang akan digelar pada Oktober 2019. Ia memberikan undangan khusus untuk pemerintah Mozambik. "Saya sampaikan undangan khusus untuk yang terhormat Menteri Perdagangan Mozambik," ujarnya.