TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan lembaganya masih menunggu garis besar rencana pemindahan ibu kota dari pemerintah sebelum merencanakan pengembangan kota ke depannya. Ia mengatakan pengembang perlu rencana tata ruang Ibu Kota Baru itu guna membikin rencana detail pengembangan.
"Kami mau tahu sistemnya dulu, garis besarnya, makronya pemerintah mau gimana. Baru kita bisa bekerja," ujar Totok melalui sambungan telepon, Selasa, 27 Agustus 2019. Ia mengatakan sejatinya Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum REI sudah tergabung dalam tim yang dibentuk pemerintah soal rencana tersebut.
Terakhir, kata Totok, REI dan pemerintah baru membicarakan soal rencana penataan dan alternatif daerah Ibu Kota Anyar. Dengan diumumkannya lokasi oleh Presiden Jokowi, maka REI bisa berkonsentrasi untuk layout dan kontur tanah. Pekerjaan itu, menurut dia, akan memakan waktu cukup lama. "Ini bukan membangun hanya satu rumah."
Totok mengatakan hingga saat ini REI belum mengetahui akan kebagian tugas apa saja. Adapun ia mengatakan telah mengusulkan agar pemerintah membangun infrastruktur dan bangunan vital seperti istana kepresidenan, sementara pengembangan lainnya diserahkan kepada REI. Pasalnya, ia berujar anggotanya yang terdiri dari pengembang kecil hingga besar siap berinvestasi hingga Rp 1.000 triliun guna membangun kota baru itu.
Menurut Totok, REI siap masuk tidak hanya di kawasan inti ibu kota, namun juga hingga kawasan penyangga. "Ya pasti lah masuk, teman-teman siapkan semua, tapi kami wait and see dulu maunya pemerintah seperti apa," kata dia. "Sekarang sistem rumah tinggal atau rusun tinggalnya mau gimana itu harus dibicarakan karena itu kan tanah negara, jadi layout dan tata ruangnya gimana kami belum tahu, begitu juga sekitarnya."
Ihwal desain kota yang belakangan sudah tersebar di masyarakat, kata Totok, bukanlah rencana tata ruang, melainkan baru desain arsitektural. Ia berujar para pengembang sangat menanti desain tata ruang ketimbang arsitektural. Sebab, desain tata ruang bisa mempengaruhi berbagai hal, termasuk soal biaya.
"Anda mau bikin rumah tata ruangnya gimana baru itu ditentukan semua. Kalau arsitektural kan bisa. Misalnya mau minimalis atau mau gimana kan bisa," tutur Totok.
Presiden Jokowi pada Senin lalu telah mengumumkan bahwa ibu kota negara Republik Indonesia akan dipindahkan dari Jakarta ke sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara karena sudah punya infrastruktur yang relatif lengkap dan pemerintah punya lahan seluas 180 ribu hektare," katanya. Selain itu, menurut Presiden, pemerintah memilih kedua daerah itu sebagai lokasi ibu kota yang baru karena risiko bencana minim.