TEMPO.CO, Pangkalpinang - Program Pusat Logistik Berikat (PLB) ekspor di Kota Pangkalpinang hingga saat ini tidak berjalan dengan maksimal. PT Timah TBK sebagai satu-satunya perusahaan yang bisa melakukan ekspor juga tidak sepenuhnya menggunakan PLB yang merupakan salah satu kebijakan ekonomi volume II Presiden Jokowi yang diterbitkan pada September 2015 lalu.
Direktur Utama PT Timah TBK Mochtar Riza Pahlevi Tabrani mengatakan, PT Timah tidak sepenuhnya menggunakan fasilitas PLB karena terbentur dengan penambahan biaya operasional dan dinilai kurang efisien.
"Kalau profit buat kita itu kita jalankan. Contohnya kami punya (Wilayah) operasi di Kundur. Kalau PLB yang ICDX itu, barang kami harus dibawa ke Bangka dulu. Masuk akal nggak? Siapa yang cover biaya dari Kundur, Kepri dibawa ke Bangka," ujar Riza kepada wartawan di Gudang PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) Pangkalpinang, Senin, 26 Agustus 2019.
Menurut Riza, fasilitas PLB seharusnya dibangun di dekat wilayah operasi PT Timah agar lebih efisien. Kalau jauh, kata dia, akan menciptakan biaya baru.
"Kenapa dari dulu kalau mau bangun PLB, bikin dong di wilayah operasi kami. Kalau barang yang sudah ada dibawa kesini (PLB), akan menciptakan biaya baru. Kita ini bersaing dengan luar negeri, global. Harusnya kita disupport. Itu harapan saya," ujar Riza.
Riza menuturkan dengan adanya bursa baru dalam transaksi perdagangan timah, yakni BBJ, diharapkan dapat memberikan dukungan bagi PT Timah untuk bersaing secara global. "Harga timah saat ini turun, kita akan melihat lagi supply and demand. Kalau banyak demand, supply kita kendalikan. Yang pasti kita juga sedikit banyak mulai memperhatikan pasar. Kita dari awal ingin pasar kita berjalan dengan baik, penjualan juga baik," ujar dia.
Data dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan (KPP) Bea Cukai Pangkalpinang menyebutkan PLB ekspor timah sejak diresmikan tercatat baru bertransaksi sebanyak 45 ton di 2018 dan 165 ton di semester I 2019 dengan satu perusahaan saja, yakni PT Timah TBK.
Selain itu, Operator gudang Pusat Logistik Berikat ekspor timah di Bangka Belitung, PT Tantra Karya Sejahtera (TKS) juga mengalami kerugian lebih dari Rp 10 miliar. Hal ini akibat tidak maksimalnya operasional PLB dan harus menutup kerugian Rp 150 juta per bulan.
SERVIO MARANDA