TEMPO.CO, Jakarta - Terpilihnya Kalimantan Timur sebagai calon kuat lokasi ibu kota negara dinilai oleh seorang pengamat tata kota sangat strategis. Ahli tata kota Yayat Supriyatna mengatakan bahwa Kaltim memiliki beberapa sisi positif, misalnya tingkat kebencanaan, infrastruktur, serta kemampuan sumber daya yang lebih unggul dibandingkan dengan wilayah lain.
"Hal ini akan mempercepat pengembangan ibu kota baru karena kita kan tidak membangun dari nol. Ketika dibangun, harus ada infrastruktur yang memudahkan," tuturnya kepada Bisnis, Kamis 22 Agustus 2019.
Menurut Yayat, pembangunan ibu kota baru memerlukan sebuah kota yang telah memiliki infrastruktur yang memadai sehingga tidak memberatkan eksplorasi dan pembangunan ibu kota. Selain itu, Yayat juga melihat adanya fasilitas umum seperti bandara, pelabuhan laut, jalan tol, dan sosiologi heterogenitas yang sangat kuat di Kaltim.
Namun, terkait adanya potensi kekurangan air di Kaltim, Yayat berharap agar pemerintah dapat belajar dari Singapura yang minim sumber daya air, tetapi mampu menjadi negara yang maju.
"Target pindahnya 2023, tidak mungkin lama prosesnya, kini tinggal Presiden mengeluarkan peraturan menetapkan lokasi definitif, menetapkan kelembagaanya, menetapkan masterplan, dan urban design-nya," tutur Yayat.
Adapun soal dengan pendanaan ibu kota baru, Yayat mengatakan bahwa skema pembiayaan dan alokasi dana yang tertata dengan baik dapat mempercepat pembangunan. Ia menyarankan, APBN digunakan untuk infrastruktur dan pembangunan dasar saja.
BISNIS