TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST) Iwan Yunus mengatakan banyakya calon investor yang datang ke Kawasan Ekonomi Khusus Palu pasca bencana gempa bumi beberapa waktu lalu. Bahkan, ia mengatakan sudah triliunan duit investasi masuk ke sana pasca gempa 28 September 2018.
”Setelah gempa bumi, tsunami dan likuifaksi yang mendera Palu, seluruh dunia tahu Palu. Banyak tenant yang datang ingin berinvestasi di KEK Palu,” kata Iwan dalam Rapat Koordinasi Tim Pelaksana Dewan Nasional KEK di Hotel Aryaduta Jakarta, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 22 Agustus 2019. BPST ditetapkan Pemerintah Kota Palu sebagai Badan Usaha Pembangun dan Pengelola KEK Palu.
Iwan mengatakan banyaknya pemodal yang tertarik menanam duit di KEK Palu selepas bencana itu di luar perkiraannya. Menurut Iwan banyak calon investor yang baru mengetahui letak Palu. "Begitu mereka melihat Palu, ternyata berada di pusat Indonesia, dekat dengan ALKI II yang setiap tahun ada 10.000 vessel (kapal) yang lewat di situ.”
KEK Palu, tutur Iwan, didukung keberadaan Pelabuhan Pantoloan dengan kedalaman saat ini 18 meter tanpa pengerukan. Sehingga mother vessel dengan kapasitas di atas 50.000 MT pun bisa sandar.
Hingga saat ini, menurut dia, ada beberapa perusahaan dengan nilai investasi cukup besar yang sudah dalam proses konstruksi di KEK Palu. Salah satunya adalah PT Wanhong yang berinvestasi Rp 800 miliar untuk membangun pabrik pengolahan tembaga.
”Wanhong ini produksinya akan diekspor ke Cina. Karena memang perusahaan asal Cina. Mereka pilih Palu karena lokasinya strategis. Secara geografis dekat dengan Cina,” kata Iwan.
Ada juga PT Indomangan Industri yang membangun smelter mangan dengan nilai investasi sebesar Rp 1,2 triliun. Perusahaan ini merupakan joint venture antara Inggris dan Indonesia. Perusahaan ini akan mendatangkan bahan baku dari tambang batu mangan di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat untuk diolah di pabrik yang sedang dibangun di KEK Palu. Targetnya, pabrik itu bisa beroperasi tahun 2020.
Selain itu terdapat beberapa investor yang sedang melaksanakan konstruksi di antaranya adalah PT Alfa Industri Mandiri yang akan membangun Pabrik Pengolahan Karbon Aktif, Coco Feat, dan Coco Fiber yang berbahan baku kelapa. PT Sarana Dwima Jaya yang akan membangun pabrik baja ringan dengan nilai investasi sebesar Rp 10 miliar.
Berikutnya, PT Sulawesi Global Komoditi yang bergerak di bidang pengolahan kakao dan gudang pengeringan dengan nilai investasi Rp 510 juta. Sedangkan PT Sula Kor Energi yang akan membangun pembangkit listrik 33 MW senilai Rp 1,5 triliun, dan PT Hashimoto yang akan membangun industri wood pelet dengan nilai investasi Rp 2,4 triliun.
Adapun investor yang sudah berproduksi di KEK Palu adalah PT Asbuton Jaya Abadi yang bergerak di bidang perdagangan besar bahan bakar padat, cair dan gas dengan nilai investasi Rp 100 miliar. PT Hong Thai International yang bergerak di bisnis pengolahan getah pinus dengan nilai investasi Rp 13,7 miliar dan telah melakukan ekspor sejak akhir 2018. Nilai ekspor pada tahun 2019 adalah sebesar US$ 2,1 juta untuk Gumrosin dan US$ 3,3 juta untuk Turpentin.
Selanjutnya, tercatat PT Kaili Rotan Industri yang bergerak di pengolahan barang jadi maupun setengah jadi dari bahan rotan, bambu dan kayu dengan investasi Rp 25,5 miliar dan PT Tata Kokoh Abadi yang memproduksi batu bata dari tanah liat/keramik, perdagangan besar genteng, batu bata, ubin dan sejenisnya dari tanah liat, kapur semen atau kaca dengan nilai investasi Rp 20 miliar.
”Kami bersyukur calon investor terus berdatangan ke KEK Palu. Wilayah kami memang relatif aman dari bencana. Pada saat bencana alam tahun lalu itu hanya kantor pengelola KEK saja yang rusak. Semua pabrik milik investor tidak rusak,” kata Iwan.
CAESAR AKBAR