TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin telah mengerek harga surat utang negara (SUN). Analis fixed income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga cukup mengejutkan bagi pelaku pasar.
Sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga yang pada Juli telah turun dari 6 persen menjadi 5,75 persen. Namun, rapat dewan gubernur (RDG) pada Kamis 22 Agustus 2018 ini memutuskan bahwa suku bunga turun dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen.
Sebagai imbasnya, Made mengatakan, harga SUN naik. Beberapa seri SUN yang mengalami kenaikan antara lain seri FR0078 yang harganya naik 30 basis poin (bps) dibandingkan dengan penutupan kemarin dan yield turun menjadi 7,21 persen. Hal yang sama juga terjadi pada seri FR0082 yang mengalami kenaikan harga sebesar 30 bps sehingga yield turun menjadi 7,24 persen.
“Keputusan hari ini cukup mengejutkan di mana estimasi dari pelaku pasar BI masih mempertahankan suku bunga acuan,” ujar Made saat dihubungi Bisnis.com, Kamis.
Meskipun suku bunga acuan turun, dia menyebut proyeksi yield SUN tenor 10 tahun masih dipertahankan di level 7,11 persen pada akhir tahun.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan tersebut konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi di bawah titik tengah, tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik sehingga mendukung stabilitas eksternal, serta langkah preemptive untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak perlambatan ekonomi global.
Untuk merespons kondisi tersebut, sejumlah bank sentral dunia melakukan pelonggaran moneter termasuk yang dilakukan oleh The Fed pada Juli 2019.
Seiring dengan penurunan suku bunga acuan, nilai tukar rupiah masih bergerak sesuai dengan fundamentalnya sehingga menopang ketahanan ekonomi domestik. Ke depan, rupiah akan bergerak stabil seiring dengan prospek aliran modal asing yang tetap terjaga seiring ekonomi domestik yang baik dan imbal hasil yang menarik.
BISNIS