Dalam kunjungan kerjanya ini, Jokowi sempat menyebut kalau NTT memiliki potensi tambak garam yang bisa dikerjakan seluas kurang lebih 21 ribu hektare. Di Kupang saja, kata Jokowi, terdapat kurang lebih 7 ribu hektare tambak garam. Akan tetapi, luas tambak yang baru baru diselesaikan hanya sekitar 10 hektare. “Jadi memang ini baru dimulai,” kata Jokowi.
Meski luas tambak garam di NTT ditambah, sebelum itu penyusutan atau lenyapnya lahan tambak garam lebih dulu terjadi di Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur. Sampang merupakan salah satu sentra produksi terbesar di Indonesia, selain Cirebon dan Indramayu di Jawa Barat dan Pati di Jawa Timur.
Data ini terungkap dari data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sampang pada awal Agustus 2018. Lahan menyusut karena beralih fungsi menjadi area pemukiman. "Saat ini luas lahan tambak garam produktif masyarakat dan perusahaan hanya sekitar 2.800 hektar," kata Kepala Bidang Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Sampang, Moh Machfud dikutip dari Antara.
Awalnya pada 2011, luas lahan tambak garam di Sampang mencapai 4.382,7 hektar dengan produksi 397.922 ton. Rata-rata produktivitas tambak garam ini sekitar 80-100 ton per hektar. Artinya, telah telah terjadi penyusutan rata-rata produksi garam masyarakat sekurang-kurangnya hingga 36 persen dalam 7 tahun terakhir, dari 350.616 ton menjadi 224.000 ton. "Ini menyebabkan penurunan produksi garam tiap tahun," kata Machfud.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan kementeriannya tidak dapat berbuat banyak terkait penyusutan lahan tambak garam ini. Sebab, lahan tambak tersebut sepenuhnya milik masyarakat. "Yang punya lahan bukan KKP, tetapi masyarakat," kata Brahmantya saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Selasa, 8 Oktober 2018.