TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah penurunan jumlah penumpang pesawat yang mencapai 19 persen, PT Angkasa Pura I (Persero) berhasil membukukan laba sebesar Rp 870 miliar pada semester I 2019. “Laba bersih kita Rp870 miliar. Sampai Juli pergerakan penumpang dan pesawat turun 19 persen, tapi dari sisi pendapatan kita naik 2,7 persen dibanding tahun lalu,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi dalam temu media ACI Customer Experience Global Summit di Jakarta, Selasa 30 Agustus 2019.
Faik menambahkan, laba yang dibukukan perseroan itu didapat dari kenaikan pendapatan di sisi non-aero. Ia mengakui, seiring dengan penurunan jumlah penumpang pesawat karena tingginya harga tiket pesawat, pendapatan yang berkaitan dengan penerbangan atau aero juga menurun. Saat ini, dia menyebutkan, pendapatan non-aero meningkat signifikan dengan porsi non-aero dan aero yaitu 45:55 dari sebelumnya 40:60 dan 70:30.
“Non-aero tidak terpengaruh signifikan. Kita memperbanyak area komersial di bandara dan membuat program cukup menarik, seperti program eat, shop, and fly,” ujar Faik.
Selain itu, pengembangan usaha non-aero juga dilakukan dengan mendirikan hotel di Banjarmasin, Yogyakarta dan Balikpapan. Faik optimistis pihaknya bisa mengantongi laba bersih hingga akhir 2019 sebesr Rp2 triliun seperti tahun sebelumnya. “Kita tahun lalu Rp2 triliun, berharap akan setidaknya sama atau melebihi angka itu,” katanya.
Untuk meraih target perseroan, selain pengembangan di dalam negeri, AP I juga mulai merambah pengoperasian luar negeri, salah satunya dengan Incheon Internasional Airport Corporation (IIAC), Korea Selatan. Kerja sama dilakukan untuk menjajaki peluang pengelolaan bandara baik di dalam maupun luar negeri, serta berbagai peluang kerja sama lainnya.
Kerja sama itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi dan Presiden CEO IIAC Koo Bon Hwan, di Incheon, Korea Selatan, Rabu pekan lalu.
ANTARA