TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua Barat S. Donny H. Heatubun mengatakan iklim investasi di Manokwari dan sekitarnya belum terpukul insiden kerusuhan. Menurut dia, saat ini persepsi investor belum menunjukkan perubahan.
“Secara umum kami belum melihat adanya potensi pengaruh unjuk rasa terhadap persepsi investor di Papua Barat mengingat kejadian hari ini merupakan peristiwa yang sebenarnya ditujukan untuk aksi solidaritas,” ujarnya dalam pesan pendek kepada Tempo, Senin, 19 Agustus 2019.
Donny memastikan, saat ini kinerja investasi di Papua Barat menunjukkan tren yang positif. Sejak pemerintah mencanangkan pertumbuhan sektor pariwisata sebagai alternatif roda penggerak perekonomian, investasi di pulau yang kesohor dengan cenderawasihnya itu meningkat.
Ia juga menyebut investasi lain, seperti di sektor pertambangan, masih dalam kondisi baik. Menurut dia, ada dua komoditas tambang yang diandalkan di Papua Barat, yakni gas alam atau Elenji (LNG) dan Nikel.
“Kontribusi komoditas LNG bahkan mencapai 90 persen dari total ekspor Papua Barat,” ucapnya. Sumbangan terhadap produk domestik regional bruto
atau PDRB juga diklaim tinggi.
Pernyataan Donny menegasikan pandangan Institute for Development of Economic and Finance atau Indef. Wakil Direktur Eksekutif Indef Eko Listiyanto berpandangan kerusuhan yang terjadi di Manokwari baru-baru ini bakal berimbas pada kondisi ekonomi. Menurut dia, bila kerusuhan berlangsung berlarut-larut, iklim investasi di Papua bakal memburuk.
"Kalau berkepanjangan biasanya dia punya impact (dampak) ke persepsi investor, terutama Papua kan kita kenal sebagai sektor sektor yang banyak menarik investasi tambang," ujarnya dalam diskusi bertajuk "RAPBN 2020: Solisi atas Perlambatan Ekonomi" di kantor Indef, Pasar Minggu, Jakarta.
Saat ini, menurut dia, kinerja investasi dan kondisi makro ekonomi di Papua tergolong rendah. Ia menilai, ada tambang raksasa emas Freeport yang menghasilkan kontribusi pajak cukup besar, pertumbuhan ekonomi Papua masih kecil atau kurang dari 5 persen.
Kondisi perekonomian yang lesu diperparah dengan investasi di bidang pertambangan yang belakangan tercatat melorot. Tanpa menyebut angka penurunan penanaman modalnya, ia mengaku cemas bentrokan yang terjadi di negeri cenderawasih itu akan memperburuk iklim investasi.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA