TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) Hadi Suryadipradja menyebut para pelaku industri komponen otomotif mulai mati perlahan. Alasannya, produktivitas di sektor tersebut tak sebanding dengan naiknya upah karyawan.
"UMP kita naik tiga kali lipat dalam sepuluh tahun, sementara produktivitas berapa, naik sekali sudah bagus. Kalau kenaikan gaji lebih tinggi dari produktivitas artinya apa, tinggal tutup, artinya akan mati pelan-pelan," ujar Hadi di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2019.
Dia menuturkan kenaikan gaji yang tidak sebanding dengan kenaikan produktivitas. Menurut Hadi, banyak pelaku industri komponen otomotif yang gulung tingkar.
Salah satu kendala dalam pengembangan industri komponen otomotif adalah masih kurangnya volume penjualan kendaraan bermotor dari produksi dalam negeri. Menurut dia, penjualan yang belum prima berimbas kepada industri komponen. Pasalnya, permintaan yang sedikit membuat biaya produksi tinggi. "Itu terkait volume, kalau volumenya enggak ada mau bagaimana."
Padahal, bahan baku untuk memproduksi komponen pun tidak murah. Sebab, 90 persen bahan baku itu masih impor. Ia mengatakan bahan baku yang tersedia di dalam negeri sebenarnya ada, namun kualitasnya masih di bawah kebutuhan industri.
Hadi juga pesimistis soal peningkatan ekspor di sektor komponen otomotif. Menurut Hadi, pasar untuk komponen-komponen otomotif produksi Tanah Air itu masih minim. "Komponen sekarang kayak plat besi gitu siapa yang mau pakai? Padahal itu sudah dicetak, siapa yang mau pakai kalau sepotong," kata Hadi. "Kecuali kalau produk jadi. Berbentuk produk bisa. kayak filter, radiator itu bisa."
Ke depannya, Hadi berharap permintaan otomotif dan pasar untuk menjual komponen itu bisa meningkat. Dengan demikian, produksi industri komponen dalam negeri pun bisa dipacu. "Saat ini dukungan pemerintah sudah cukup baik, tapi permasalahannya siapa yang mau membeli komponen kami."