TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan mengembangkan budi daya benih kerang laut jenis abalone Haliotis squamata dengan mengambil indukan dari perairan Bali. Kerang abalone yang karakteristiknya mirip di perairan Taiwan ini bernilai ekonomi sangat tinggi.
"Budi daya abalone dari hulu ke hilir memakan waktu sampai 1,5 tahun. Kita terus berusaha untuk memproduksi abalone dalam waktu yang jauh lebih singkat, namun tetap berkualitas," kata peneliti Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan (BBRBLPP) Gondol, Ibnu Rusdi, dalam rilis yang diterima di Jakarta, Ahad 11 Agustus 2019.
Benih abalone hasil riset BBRBLPP, pada awalnya diproduksi skala rumah tangga di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Dari riset tersebut, selama dua bulan periode pemeliharaan, dapat dihasilkan benih abalone dengan panjang cangkang 0,8-1,1 cm.
Pada pemeliharaan lanjutan atau pendederan, benih abalone dalam keranjang tertutup dengan sistem terapung selama 2,5 -3 bulan, diperoleh benih abalone dengan panjang cangkang 2,5-3,0 cm. "Melalui data tersebut, dapat diartikan bahwa budi daya abalone memiliki potensi yang tinggi,” kata Ibnu.
Dalam penelitiannya, sedikitnya terdapat tiga keuntungan dari teknologi budi daya abalone. Pertama, teknologi perbenihan abalone terbilang mudah dan sederhana untuk dilakukan oleh masyarakat pembudi daya dan dapat dilakukan sepanjang tahun.
Kedua, produksi benih abalone tergolong efisien, ekonomis, dan layak dikembangkan karena dapat diterapkan secara terintegrasi di HSRT ikan laut sebagai alternatif usaha tambahan tanpa harus beralih profesi. Ketiga, teknologi budi daya abalone sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia atau disinfektan, hanya menggunakan mikroalga dan makroalga jenis Gracillaria sp dan Ulva sp sebagai pakan pada proses produksi benih sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, cangkang abalone dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat perhiasan.
"Karena itulah, budi daya abalone sangat menjanjikan. Dalam hitungan kasar, biaya produksi per ekor benih abalone adalah sekitar Rp600. Sementara saat ini, benih abalone untuk pendederan sudah dijual seharga Rp1.000 untuk ukuran satu cm. Tak menutup kemungkinan keuntungan tersebut dapat bertambah mengingat teknologi budi daya abalone dapat diintegrasikan dengan komoditas lainnya seperti kerapu," ungkap Ibnu.
Kepala BBRBLPP Bambang Susanto mengatakan bahwa alasan dikembangkannya abalone karena teknologinya sudah dikuasai. Mulai dari pembenihannya, pendederan, pembesarannya hingga sudah diaplikasikan ke masyarakat.
Selain di Gondol, saat ini BBRBLPP juga tengah melakukan transfer teknologi budi daya pembenihan abalone di wilayah Pangandaran, Jawa Barat serta di Maluku.
ANTARA