TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan pembebasan lahan ntuk proyek kereta ringan atau light rail transit (LRT) Jabodebek bisa tuntas pada akhir bulan ini. Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Zulfikri, mengatakan waktu pengoperasian telah diperpanjang dari 2020 menjadi 2021. Pengadaan lahan masih menjadi fokus utama dalam proyek tersebut.
“(Pembebasan lahan) yang masih kami kejar di Bekasi Timur dan Kota Bekasi, alhamdulillah sudah lebih dari 65 persen clear. Kami masih optimistis pertengahan atau akhir Agustus ini bisa diselesaikan,” kata Zulfikri, seperti dikutip Bisnis, Ahad 11 Agustus 2019.
Zulfikri menjelaskan, lahan untuk depo di Bekasi baru sekitar 55 persen yang sudah dibebaskan. Namun, lahan yang sudah tersedia sudah dilakukan proses konstruksi awal berupa pengeboran.
Permasalahan lahan ini tidak hanya terjadi pada depo Bekasi, melainkan juga pada trase Dukuh Atas. Akan tetapi, beberapa bagian sudah selesai dan saat ini sedang dilakukan proses pembangunan dari Setiabudi ke Dukuh Atas.
Trase di Dukuh Atas, kata Zulfikri, akan dibuat berdampingan dengan LRT Jakarta yang menyusur di dekat Kali Ciliwung, sedangkan LRT Jabodebek berada di sebelah Landmark Tower. Penataan trase dilakukan agar tidak saling bertumpuk.
Pembangunan LRT Jabodebek fase I membentang dari Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, hingga Cawang-Dukuh Atas, sepanjang 44,3 km. Perkembangan pembangunan proyek yang dimulai sejak September 2015 ini lamban karena terganjal pembebasan lahan.
LRT Jabodebek yang merupakan proyek strategis nasional senilai Rp 22,8 triliun ini akan menggunakan rel ketiga (third rail) seperti pendahulunya LRT Sumatera Selatan. Nantinya, pasokan listrik akan berasal dari rel ketiga, bukan aliran atas seperti KRL Commuter Line Jabodetabek, sehingga menambah daya estetika.
Zulfikri menyebut LRT Jabodebek akan lebih canggih dibandingkan dengan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang memiliki tingkat otomatisasi atau Grade of Automation (GoA) 2. Pada level ini, Automatic Train Protection (ATP) dan Automatic Train Operation (ATO) sudah dipakai, tetapi masih membutuhkan masinis.
Pada LRT Jabodebek nanti, sudah tidak ada masinis, sehingga beroperasi penuh secara otomatis. Keberadaan kru di dalam kereta hanya berfungsi saat kondisi darurat.