TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia (ADEI) menyebut suntikan modal asing dana telah berhasil membuat perusahaan rintisan atau startup Indonesia menjadi unicorn.
“Pastinya kalau tidak dibuka untuk investor asing masuk, ya unicorn ini tidak akan pernah ada di Indonesia. Yang ada hanya startup,” kata Perwakilan ADEI Suherman Widjaja, di Jakarta, Rabu 7 Agustus 2019.
Menurut Suherman, banyak pihak belum jeli melihat ide-ide perusahaan rintisan yang saat ini terus berkembang, terutama dari kalangan lokal. Terlebih, model bisnis startup masih relatif baru.
Sementara itu, investor luar negeri justru melihat hal tersebut sebagai peluang sehingga mereka berani masuk dan menanamkan modal kepada para startup.
“E-commerce, startup, itu rata-rata disebut ‘membakar uang’ yang ujung-ujungnya rugi. Kalau rugi, untuk apa berbisnis. Nah, pemodal di Indonesia belum terbiasa dengan itu, tapi di luar negeri itu sudah biasa dan kebetulan di sana sudah siap dananya,” katanya.
Dengan suntikan modal asing itulah, lanjut Dosen Universitas Prasetiya Mulya itu, yang membuat startup bisa tumbuh besar dalam waktu singkat. Padahal, startup merupakan bisnis yang rentan jika tanpa sokongan modal.
Kendati modal asing memiliki dampak positif, Suherman menyebut ada sisi negatif dari masuknya aliran dana asing lewat startup-startup tersebut. Salah satunya adalah kekhawatiran hasil usaha startup yang dibawa ke luar negeri karena pemegang sahamnya yang berada di luar negeri.
Oleh karena itu, ia mengingatkan agar pemerintah memastikan hasil usaha startup yang telah berganti menjadi unicorn bisa bermanfaat di Indonesia dan bagi masyarakat Tanah Air.
“Ini peran pemerintah supaya hasil usaha tidak dibawa ke luar negeri karena itu potensi pasar di Indonesia. Jangan sampai sudah dikumpulkan ‘e-commerce’, tapi hasil usahanya dibawa ke luar negeri karena pemegang sahamnya di luar negeri, ini harus dijaga agar hasil usahanya tetap di Indonesia dan diputar di Indonesia,” katanya.