TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG Bursa Efek Indonesia ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Selasa, 6 Agustus 2019 ke level 6.119,47. Kondisi yang sama terjadi sejak awal Agustus, salah satunya lantaran terdampak eskalasi perang dagang Amerika Serikat dan Cina.
Analis saham Indosurya Bersinar, William Surya Wijaya, mengatakan melorotnya IHSG sepanjang awal bulan ini tidak mempengaruhi kenyamanan investor. “Kalau kita lihat kan capital inflow masih di atas outflow setahun yang lalu, jadi masih menunjukkan investor cukup nyaman untuk pasar modal kita saat ini,” ujar William saat dihubungi pada Selasa, 6 Agustus 2019.
Menurut William, kondisi ini justru dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi beli. Lagi pula, ujar dia, investor masih percaya terhadap kondisi perekonomian Indonesia meski pertumbuhan pada triwulan II melambat.
Daya tarik terhadap pasar modal juga dibuktikan dengan data capital in flow secara year to date. Ia menjelaskan, angka capital inflow year to date saat ini masih di atas Rp 60 triliun.
William memprediksi anjloknya harga saham tidak bakal berlarut-larut. Sejatinya, menurut dia, situasi demikian lumrah.
Sebab, beberapa tahun sebelumnya, kondisi ambruknya IHSG juga terjadi pada Agustus hingga September. “Tidak saban tahun, tapi umumnya. Bahkan, ini baru awal-awal tekanan dan sifatnya lebih ke minor,” ujarnya. Karena itu, ia memperkirakan IHSG masih memiliki peluang naik.
Pada perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan melorot 56,23 poin atau 0,91 persen. Pagi tadi, IHSG dibuka pada zona merah di poin 6.105,09. IHSG sempat melantai di level terendah 6.022,60. Sepanjang hari kemarin, IHSG tidak beranjak dari zona merah.