TEMPO.CO, Jakarta - Kereta Semi Cepat Jakarta - Surabaya direncanakan mulai dibangun pada pertengahan tahun 2020. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan proyek ini membutuhkan nilai investasi sekurangnya Rp 60 triliun, kendati JICA menyebut modalnya sebesar Rp 90 triliun.
"Kami akan mengupayakan tidak lebih jauh dari Rp 60 triliun tapi kami memang membuat pembangunan bertahap," kata dia di Kantor Kementerian Koordinator Kemaritiman, Senin petang, 5 Agustus 2019.
Menurut Budi, proyek ini akan segera dimulai menyusul segera ditandatanganinya nota kesepahaman dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) selepas 17 Agustus mendatang. Adapun biaya pembangunan kereta semi-cepat itu akan ditutup oleh pinjaman dari JICA, sementara lahan disiapkan oleh pemerintah.
Rel baru untuk kereta semi cepat ini akan dibangun dari Jakarta hingga Semarang dan dari Semarang ke Surabaya menggunakan rel lama yang diperkuat. Rel yang disiapkan bakal diupayakan mengurangi tikungan dan jalur terjal. Pasalnya, itu akan membuat kereta menjadi lambat. "Jalur menikung dan menanjak itu mesti disederhanakan."
Dalam hal kecepatan, Budi mengatakan kereta disiapkan semi-cepat dengan kecepatan rata-rata 140 kilometer per jam sampai dengan 145 kilometer per jam, dengan kecepatan tertinggi mencapai 160 kilometer per jam. Ia merencanakan waktu tempuh Jakarta - Surabaya tidak lebih dari 5,5 hingga 6 jam. "Sehingga kalau semi-cepat 24 jam bisa bolak balik dua kali bisa efisien," kata dia.
Pengerjaan konstruksi yang akan dimulai pertengahan tahun depan itu, kata Budi, direncanakan bakal rampung dalam dua tahun atau hingga 2022. Apabila rampung pada pertengahan 2022, kereta akan diujicoba selama enam bulan dan akan beroperasi penuh pada akhir 2022.
"MoU akan dilakukan menyeluruh, nah studi kelayakan ini kan ada satu hal-hal yang dihitung kembali, Jepang akan melakukan studi kelayakan, misalnya jalan akan dipindah ke mana, tingkat kelandaiannya dikurangi, serta desain-desain di mana mesti berhenti dan sebagainya," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
Selain itu, pihak Jepang juga akan melakukan survei untuk menetapkan desain, dan menghitung pembiayaan pembangunan kereta semi cepat ini. Sehingga, saat pembangun di mulai pada tahun depan, semua persiapan sudah relatif matang. "Ini sama seperti dilakukan di MRT kan butuh waktu panjang tetapi kita tetap puas dengan yang dilakukan karena persiapan begitu matang, enggak ada lagi suatu deviasi berkaitan dengan teknik dan risiko teknik sudah diperhitungkan dengan baik."
CAESAR AKBAR