TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan tidak bakal langsung menjatuhkan sanksi ihwal tumpahan minyak mentah milik Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java atau PHE ONWJ.
"Nanti dulu dong, masa sudah mau langsung disanksi saja makanya supaya jangan apa-apa main disanksi, dari awal kami jaga semua," ujar Siti di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 5 Agustus 2019.
Pada 12 Juli lalu, muncul gelembungan gas di sekitar anjungan lepas pantai YYA saat dilakukan reaktivasi sumur YYA-1. Tiga hari kemudian, Pertamina melaporkan keadaan di anjungan kepada SKK Migas serta Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian BUMN dan lembaga lainnya. Tumpahan minyak mulai terlihat di sekitar anjungan.
Siti mengatakan pemerintah sudah mengikuti peristiwa itu sejak awal peristiwa tumpahan minyak terjadi. Ia meminta ada tim yang memandu untuk mencegah meluasnya pencemaran kepada masyarakat. "Hari kedua Wamen ESDM (Arcandra Tahar) turun beliau telepon saya, saya bilang anak-anak sudah di lapangan dan saya sudah membentuk tim kecil untuk mengikuti secara intens."
Ia mengatakan hal yang paling mesti dicegah adalah adanya pencemaran kepada kawasan masyarakat. Pasalnya, itu sangat berbahaya bagi warga. Dengan demikian, Kementerian KLHK juga menjalin komunikasi dengan pemerintah daerah sehingga bisa menjaga rakyatnya agar tidak melakukan tindakan yang membahayakan. "Kalau salah sedikit, itu bisa kebakaran dan bisa ada yang meninggal."
Adapun dalam kesempatan terpisah, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhat Binsar Pandjaitan meyakini Pertamina bisa menangani kejadian tersebut. Apalagi, perseroan sudah menyewa konsultan yang berpengalaman soal penanganan tumpahan minyak. "Mereka sudah menyewa konsultan yang bisa menangani ini, yang kemarin bekerja di Teluk Meksiko saat kejadian BP," kata Luhut.
Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ), sebelumnya, berhasil mempercepat rencana tajak pengeboran Relief Well YYA-1RW sebagai upaya menghentikan gelembung gas setelah selama satu minggu melakukan survey untuk menentukan titik sumur dan penempatan rig.
Pengeboran sumur telah dimulai jam 14.00 WIB pada Kamis, 1 Agustus 2019, atau 2 hari lebih cepat dari jadwal semula. Hingga Sabtu pagi 3 Agustus 2019) pengeboran sudah mencapai kedalaman 136 meter dan terus dilanjutkan sampai target kedalaman 2765 meter.
“Rig Jack Up Soehanah sudah berada di sekitar lokasi relief well YYA-1RW pada 27 Juli 2019. Kegiatan mobilisasi rig ini dilakukan bersamaan dengan dilakukannya survey geohazard dan geotechnical, sehingga tidak ada waktu tunggu,” seperti dikutip dari rilis Pertamina, Sabtu, 3 Agustus 2019.
Lebih lanjut, disebutkan dalam rilis bahwa proses pre-load bisa langsung dilakukan begitu Marine Survey Waranty diperoleh. Sementara itu, beberapa pekerjaan persiapan bisa dilakukan secara simultan sehingga dapat mempercepat waktu tajak dua hari dari rencana awal.
PHE ONWJ menggandeng perusahaan berpengalaman di bidang well control yang telah terbukti sukses menangani hal yang sama antara lain peristiwa di Teluk Meksiko, meski permasalahan yang saat ini terjadi di PHE ONWJ dalam skala yang jauh lebih kecil. Selain itu PHE ONWJ juga menggandeng perusahaan lain yang berpengalaman untuk membantu memberikan pandangan, dan kajian bersama terkait optimisasi penanganan masalah tumpahan minyak di Karawang.
CAESAR AKBAR | BISNIS