TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina berjanji memenuhi permintaan pemerintah Indonesia untuk memperkecil selisih neraca perdagangan antara kedua negara. Dengan demikian, defisit yang dialami Indonesia dalam ekspor-impor dengan Cina dapat dikurangi.
Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Cina sebesar US$ 18,5 miliar selama periode Januari-Mei 2019.
"Di tengah-tengah 'dinner', kebetulan saya bersebelahan dengan Menteri Perdagangan (Menteri Perdagangan Cina/Mofcom). Beliau berjanji akan memprioritaskan Indonesia sesuai dengan instruksi Presiden Xi Jinping," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela mengikuti pertemuan para menteri Kemitraan Ekonomi Menyeluruh Regional (RCEP) di Beijing, Sabtu 3 Agustus 2019.
Pertemuan tingkat menteri RCEP di Beijing pada 2-3 Agustus 2019 diikuti oleh 16 negara yang terdiri dari 10 anggota ASEAN dan enam mitra perdagangan bebas ASEAN, yakni India, Cina, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Saat tiba di Beijing, Kamis 1 Agustus, Mendag Enggartiasto mendapatkan surat jawaban dari GACC atas beberapa permintaan yang disampaikan sepekan sebelumnya. "Saya datang, dikasih surat jawabann dari GACC yang menyatakan seluruh permintaan dipenuhi," ujar Enggartiasto.
Beberapa permintaan itu adalah enam perusahaan eksportir sarang burung walet segera diverifikasi oleh pihak Cina. Kemudian ada juga 60 perusahaan mendapatkan izin ekspor beberapa komoditas ke Cina.
"Tapi mereka juga mengingatkan ke saya agar tidak lupa dengan janji membuka pelabuhan untuk pasar mereka. Kalau kita hitung-hitung, maka lebih untung kita," kata Mendag.
Pada forum KTT G-20 di Osaka, Jepang silam, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Salah satu yang dibicarakan adalah lebih dibukanya keran ekspor Indonesia oleh Cina untuk memperbaiki neraca perdagangan. Sepekan lalu, Mendag Enggartiasto juga bertemu para pengusaha asal Indonesia di Shanghai mengenai hambatan-hambatan yang mereka alami saat mengekspor komoditas dari Indonesia ke Cina.
ANTARA