Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemerintah Usulkan Tak Buka Lahan Rawa Baru

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Departemen Pekerjaan Umum mengusulkan pemerintah tak lagi membuka lahan rawa baru. Sebab, lahan rawa seluas 1,8 juta hektar yang telah dibuka belum dimanfaatkan secara optimal. Direktur Rawa dan Pantai Djajamurni Warga Dalam mengatakan, sebagian besar lahan rawa yang telah dibuka itu berada dalam kondisi yang tak efektif. "Saluran tak terpelihara dengan baik sehingga tak bisa berproduksi lebih banyak," ujarnya, Kamis (15/5). Menurut dia, dari luasan 1,8 juta hektar hanya 1,1 juta hektar yang mampu dioperasikan dan dipelihara oleh pemerintah. Tahun ini pemerintah baru bisa memelihara dan mengoperasikan 650 hektar. Adapun tahun depan diperkirakan hanya menambah 100 hektare menjadi 750 hektar. Djajamurni mengaku pencapaian itu masih jauh dari target rencana dan strategi (renstra) 2004-2009 seluas 1,1 juta hektar. "Masih jauh dari target karena tersangkut di pendanaan," ujarnya. Setiap tahuannya, pemerintah menganggarkan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar Rp 200 ribu per hektare lahan rawa. Apalagi, kata dia, lahan rawa baru bisa menghasilkan setelah dibuka selama 20 tahun. "Kebijakan tidak membuka lahan baru harus dikaji ulang," kata Djajamurni. Bila dilakukan, dia mengaku optimistis dapat meningkatkan produksi beras di lahan rawa dengan rehabilitasi dan pemasangan pintu pada lahan yang telah dibuka. Dia yakin produksi dapat ditingkatkan setidaknya 25-30 persen. Selain itu sebagian besar jaringan irigasi di Pulau Jawa berada dalam kondisi rusak. "Karena itu target tahun ini hanya rehabilitasi," kata dia. Pemerintah hanya bisa mempertahankan luasan irigasi karena terbentur luas lahan. Menurut Djajamurni jika lahan rawa seluas 1,1 juta hektar itu bisa dioptimalkan maka pemerintah bisa meningkatkan produksi beras mencapai 2 ton per hektar, setara dengan impor beras Indonesia. "Produksi lahan rawa, secara biasa, maksimal 2,5 ton per hektar per musim tanam," katanya. Padahal berdasarkan penelitian, lanjutnya, produksi beras di lahan rawa bisa mencapai 5-7 ton. "Di Belanda bisa 7-8 ton per tahunnya.Penelitian Departemen Pekerjaan Umum dan Kementerian Pengairan Belanda (Rijkwaterstaat) di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, produksi beras bisa ditingkatkan 1 ton per tahun menjadi 4,5 ton dengan mengatur tata air. RIEKA RAHADIANA
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Warga Soal Ramalan Jakarta Tenggelam: Tiru Belanda dan Tambah Area Penyerapan

4 September 2021

Ilustrasi Kota Jakarta. Getty Images
Warga Soal Ramalan Jakarta Tenggelam: Tiru Belanda dan Tambah Area Penyerapan

Prediksi Jakarta tenggelam tak sampai 30 tahun lagi tengah menjadi sorotan publik bahkan dunia internasional.


Aktivis Yogya Minta Lahan Telantar Jadi Ruang Terbuka Hijau

29 Februari 2016

Jalan Malioboro, Yogyakarta. TEMPO/Arif Wibowo.
Aktivis Yogya Minta Lahan Telantar Jadi Ruang Terbuka Hijau

Pembangunan hotel yang memakan lahan potensial terus berlangsung, sementara lahan telantar dibiarkan tak menjadi ruang terbuka hijau.


Mahasiswa di Malang Kembangkan Model Reservoir Air Hujan  

11 September 2015

Pembangunan Gedung perkantoran. TEMPO/Dinul Mubarok
Mahasiswa di Malang Kembangkan Model Reservoir Air Hujan  

Mahasiswa Universitas Brawijaya Malang mengembangkan model pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air bersih di gedung perkantoran.


Sultan Yogya Minta Benih Tanaman untuk Lahan Kritis

15 Juni 2015

Sri Sultan Hamengku Bawono menyampaikan pidato pada acara peringatan Jumenengan Dalem di Pagelaran, Keraton Yogyakarta, 18 Mei 2015. Sri Sultan HB X dinobatkan sebagai Raja Mataram Islam sejak 7 Maret 1989. TEMPO/Pius Erlangga.
Sultan Yogya Minta Benih Tanaman untuk Lahan Kritis

Pemberdayaan lahan kritis masuk kebijakan rehabilitasi untuk meningkatkan pendapatan petani.


Ratusan Ribu Hektare Lahan di Jawa Barat Kritis

16 Desember 2010

Ratusan Ribu Hektare Lahan di Jawa Barat Kritis

Sekitar 151 ribu hektar lahan yang tersebar di 26 kota/ kabupaten di Jawa Barat, kondisinya kritis.


Hampir Sebulan Disegel, Nasib Eks Taman Ria Tak Jelas  

22 Agustus 2010

Mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya (UB) sedang menyelesaikan karya instalasi berjudul Jemuran Arwah pada seni instalasi di Taman Kota Jl Kertanegara Kota Malang, rabu (18/8). Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Brawijaya (UB) menggerar acara ini untuk mengenalkan seni instalasi kepada masyarakat Malang.  Foto:TEMPO/BIBIN BINTARIADI
Hampir Sebulan Disegel, Nasib Eks Taman Ria Tak Jelas  

Tak jelas juga sampai kapan lahan itu akan disegel. "Kalau urusan jadi apanya, itu Gubernur atau Dinas Tata Ruang. Yang memastikan bukan kami."


Lahan Kritis Kabupaten Cirebon Mencapai 3.834 Hektare  

16 Juli 2010

Tempo/ Firman Hidayat
Lahan Kritis Kabupaten Cirebon Mencapai 3.834 Hektare  

Jumlah tersebut terdiri dari 2.307,07 hektare lahan kritis yang terdapat di darat, dan 1.527,38 hektare di pantai.


Luas Rawa Palembang Menyusut dari 22.000 Jadi 7.300 Hektare

14 Januari 2010

Luas Rawa Palembang Menyusut dari 22.000 Jadi 7.300 Hektare

Pembangunan perumahan mewah dan gedung perkantoran membuat luas rawa di kota Palembang, Sumatera Selatan, menyusut dari 22.000 hektare menjadi sekitar 7.300 hektare.


Alih Fungsi Lahan Akibatkan Daerah Rawan Banjir di Jawa Tengah Meluas

13 Januari 2010

Alih Fungsi Lahan Akibatkan Daerah Rawan Banjir di Jawa Tengah Meluas

Banyaknya alih fungsi lahan di Jawa Tengah mengakibatkaan daerah rawan banjir di wilayah itu dari tahun ke tahun semakin meluas.


Keterwakilan Masyarakat di Dewan Citarum Minim

16 Desember 2008

Keterwakilan Masyarakat di Dewan Citarum Minim

Keterwakilan masyarakat dalam penataan kawasan sungai Citarum semakin minim. Dari 12 orang anggota Dewan Sumber Daya Alam Wilayah Citarum, hanya 5 orang yang menjadi wakil masyarakat.