TEMPO.CO, Jakarta - Executive Vice President Energi Baru dan Terbarukan atau EBT PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN, Zulfikar Manggau menyatakan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS berpotensi dimaksimalkan sampai tahun 2025 bisa mencapai 3000 Megawatt. Hal ini guna mencapai target 23 persen EBT secara nasional.
"Untuk rooftop memang suatu keniscayaan dan memang PLN sudah masukkan itu untuk pemenuhan energy mix di 2025, itu 23 persen, kurang lebih ada potensi 3 GW atau mendekati 3000 MW," kata Zulfikar di Jakarta Pusat, Selasa, 30 Juli 2019.
Menurut Zulfikar, untuk capaian EBT yang sudah terealisasi ada 12 persen dari bauran energi yang ada. Dari total persentase tersebut, PLTS masih andil yakni dari 1 persen. "Kalau kapasitas terpasang saat ini ada 100 Megawatt," imbuhnya.
Kemudian dari aspek pelanggan, Zulfikar menuturkan, hingga awal tahun 2019, PLN sudah mencatat sekitar 600 konsumen yang memasang PLTS atap. Mayoritas jumlah pelanggan rumah tangga masih didominasi dari DKI Jakarta dan Jawa Timur.
"Saat ini masih di DKI, dengan pelanggan dominan itu yang 5.500 VA, dan Jatim juga cukup banyak. Memang penyebarannya belum terlalu masif, dominan di Jawa," ujarnya.
Dia menambahkan, untuk industri PLTS akan berkembang jika memang ada permintaan yang cukup signifikan. "Pemain sekarang tidak tambah produksi. Pemain lama lihat potensi development ini belum cukup untuk tambah kapasitas atau sampai ke hulu," ungkap Zulfikar.
PLN menurut Zulfikar, saat inj hanya bermain pada pemasangan panel surya, dan nantinya untum operasional perawatan dan sebagainya akan dikelola oleh anak perusahaan dari Badan Usaha Milik Negara tersebut. "Tapi ini masih dipertimbangkan langkah dan mekanismenya seperti apa," ucap dia.
Zulfikar mengharapkan, terkait bisnis PLTS atap ini akan mulai jelas dalam sistem bisnis dan regulasi yang akan diselesaikan tahun ini.