TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih terus melobi masuknya investasi pabrikan otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motors Group, ke Indonesia. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Thomas Lembong mengatakan negosiasi akan kelar sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Korea atau ASEAN-Korea Summit digelar pada November nanti.
"Soal Hyundai kita masih di tengah-tengah negosiasi yang sengit terkait insentif yang akan diberikan. Secara informal kami pasang deadline selesaikan negosiasi sebelum ASEAN-Korea Summit," ujar Lembong dalam konferensi pers di kantor BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa, 30 Juli 2019.
Sederet bos Hyundai, yang dipimpin Executive Vice Chairman Hyundai Euisun Chung menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada Kamis, 25 Juli lalu. Pertemuan itu membahas realisasi investasi Hyundai di Indonesia terkait mobil listrik.
Dalam perjumpaan dengan Jokowi, Hyundai meminta adanya sejumlah insentif fiskal yang diberikan pemerintah untuk melancarkan investasi. Lembong mengatakan insentif menjadi penting lantaran saat ini, secara global, pabrikan otomotif tengah mengalami deselerasi.
"Industri otomotif sedang mengalami guncangan. Siklus otomotif menurun," ucapnya.
Ia mencontohkan, pabrikan otomotif Nisan telah memutus kerja karyawannya mencapai belasan ribu di seluruh dunia. Kondisi yang sama berlaku untuk Ford.
Sementara itu, dua tahun belakangan, penjualan mobil di Cina mengalami penurunan. Hal ini, kata Lembong, merupakan sejarah.
Lembong menganggap wajar bila Industri otomotif, seperti Hyundai, menimbang banyak hal untuk menanamkan investasinya di negara-negara asing. "Karena itu, untuk menggolkan investasi Hyundai, butuh insentif yang cukup nendang yang meyakinkan mereka investasi ke Indonesia," tuturnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA