TEMPO.CO, Jakarta - Usai perseroan mengekspose restatement atau pembenahan laporan keuangan tahun buku 2018, saham PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. atau GIAA justru moncer sepanjang perdagangan hari ini. Tercatat, saham perusahaan pelat merah ini ditutup menguat 5,13 persen ke level 410 per lembar saham.
Dikutip dari RTI, Senin, 29 Jui 2019, sejak perdagangan dibuka, saham GIAA terus mencatatkan penguatan. Menurut catatan, saham GIAA telah diperdagangkan sebanyak 2.497 kali dengan jumlah mencapai 32 juta lembar yang menghasilkan nilai transaksi Rp 12,89 miliar. Sepanjang hari, saham Garuda diperdagangkan dalam rentang 392-412 per lembar saham.
"Ini membuktikan bahwa saham emiten GIAA masih cukup diminati investor," kata Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta kepada Tempo ketika dihubungi, Senin.
Nafan juga mengatakan, pergerakan saham Garuda tak terpengaruh meski diwajibkan melakukan restatement laporan keuangan tahun 2018 oleh OJK, karena dianggap menyalahi aturan. Apalagi, maskapai terbesar di Indonesia tersebut, baru saja melaporkan pencatatan keuntungan sepanjang triwulan I 2019.
Dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Garuda mampu mencatatkan kinerja positif. Hal ini terlihat, salah satunya dari pembukuan laba bersih yang mencapai US$ 19,73 juta pada triwulan I 2019.
Sebelummya, Garuda Indonesia telah menyajikan ulang Laporan Keuangan perusahaan periode 2018. Hal itu sejalan dengan hasil putusan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) beberapa waktu lalu.
"Dalam laporan restatement ini Garuda Indonesia mencatatkan net loss sebesar US$ 175,028 juta (sekitar Rp 2,45 triliun dengan kurs Rp 14.000 per dolar AS), dari sebelumnya laba sebesar US$ 5,018 juta (sekitar Rp 70,25 miliar)," ujar VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Ikhsan Rosan dalam keterangan tertulis, Jumat, 26 Juli 2019.
Dalam laporan anyar itu Garuda Indonesia mencatatkan pendapatan usaha sebesar US$ 4,37 miliar, alias tidak mengalami perubahan dari laporan pendapatan sebelumnya. Sementara itu, pendapatan usaha lainnya alias pendapatan lain-lain, terkoreksi menjadi US$ 38,8 Juta dari sebelumnya US$ 278,8 juta.
DIAS PRASONGKO