TEMPO.CO, Jakarta - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yakin bakal mencetak laba pada pengujung tahun atau akhir kuartal III 2019 nanti. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal memproyeksikan perusahaannya bakal memperoleh laba US$ 70 juta.
"Kami akan achieve US$ 70 juta karena profitability kita secara year to date lebih baik pada kuartal 1 2019," ujar Fuad di kantornya, kompleks Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Jumat, 26 Juli 2019.
Menurut Fuad, keuangan perusahaan maskapai pelat merah itu akan menghijau pada kuartal III lantaran adanya pemasukan dari aktivitas haji. Garuda mencatat, pada masa haji 2019, ada sekitar 111.071 jemaah yang berangkat ke Tanah Suci. Garuda telah menyiapkan 14 pesawat untuk mengangkut para jemaah haji yang terdiri atas dua gelombang keberangkatan.
Adapun pada kuartal I tahun ini, Garuda Indonesia mengklaim telah mencatatkan untung US$ 19,7 juta. Keuntungan itu berasal dari pendapatan operasional layanan penerbangan.
Dalam laporannya, manajemen mencatat pemasukan dari layanan penerbangan berjadwal pada kuartal tersebut mencapai US$ 924,93 juta atau meningkat 11,6 persen dari periode sebelumnya. Tahun lalu, pada kuartal I, pendapatan layanan penerbangan berjadwal hanya US$ 828,49 juta.
Pada kuartal II tahun 2019, Fuad meyakini perseroan juga masih memperoleh laba bersih. Namun, besaran laba tersebut belum bisa ia sampaikan. Adapun laporan keuangan pada Juni atau semester I ini baru akan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan selambat-lambatnya pekan depan atau 31 Juli 2019.
Pada 2018, Garuda Indonesia mencatatkan pembukuan merah. Dalam laporan restatement-nya, perseroan mencatatkan rugi mencapai US$ 175,02 triliun. Padahal sebelumnya, Garuda Indonesia menyatakan untung US$ 5,01 juta.
Laporan itu direvisi setelah Bursa Efek Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Otoritas Jasa Keuangan menyatakan perusahaan melakukan pembedakan laporan. Atas audit ulang Badan Pemeriksa Keuangan, Garuda Indonesia juga mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator aset menjadi sebesar US$ 4.328 juta dari sebelumnya US$ 4.532 juta.