TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan pasar angkat bicara soal rencana Presiden Joko Widodo atau Jokowi menunjuk sejumlah anak muda atau dari kalangan milenial untuk masuk ke dalam kabinet barunya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengungkapkan para investor lebih menyukai menteri dari kalangan profesional dibanding dengan yang muda atau milenial. Pasalnya, kalangan profesional dianggap lebih memahami situasi pasar.
"Lebih banyak tenaga profesional yang istilahnya sangat mengerti sekali masalah di pasar," kata Hans saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Juli 2019.
Dia menambahkan, jika nanti kabinet jilid II Presiden Jokowi mengambil dari kalangan muda akan membutuhkan waktu lebih untuk mereka memahami dan belajar tentang situasi perekonomian Indonesia. "Jadi yang bagus kinerjanya dilanjutkan di periode ke dua, dan pasar lebih senang dengan tenaga profeisonal," ujar Hans.
Lebih jauh, Hans memperkirakan menteri dari kalangan milenial akan menghadapi permasalahan yang cukup kompleks. Sebab Indonesia saat ini membutuhkan orang benar-benar paham dengan perekonomian dalam negeri.
Hans menyebutkan, pasar akan terus memantau sosok yang dipilih Presiden Jokowi untuk jadi menteri kabinet jilid II nanti. Keputusan tersebut dinilai akan membuat pasar bereaksi positif atau akan stagnan.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mewacanakan bakal ada sejumlah anak muda atau kalangan milenial yang bakal masuk dalam kabinet baru. Sejumlah pengusaha pun ingin memberikan usulan terkait kriteria dan nama yang layak diangkat oleh Jokowi.
Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Bob Azzam mengatakan menteri muda tersebut sebaiknya berasal dari kalangan profesional. Dia mengatakan calon menteri terebut juga harus punya kompetensi dan rekam jejak yang mumpuni.
"Misalnya dari kalangan bisnis bisa dari Kadin atau dari Apindo, supaya sense of business-nya ada gitu. Dan komunikasi dengan dunia bisnis bisa lebih baik, tentunya harapan kami seperti itu," kata Bob di Hotel Millenium Sirih, Jakarta Pusat, Rabu 3 Juli 2019.
Selain itu, kata Bob, menteri muda harus lebih banyak didasarkan pada pertimbangan teknis atau profesional. Kemudian, kehadiran menteri dari kalangan muda juga jangan sampai membuat terjadinya dualisme kepemimpinan di dalam kementerian.
Apalagi, pemilihan menteri seringkali selain menggunakan pertimbangan profesional juga mempertimbangkan faktor politis. Karena itu, jangan sampai menteri milenial justru membuat roda birokrasi menjadi tidak berjalan lancar.
EKO WAHYUDI | RR ARIYANI