TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak otomatis terkoreksi, kendati Dana Moneter Internasional alias IMF memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini dan 2020.
"Ya tidak otomatis begitu. Kita ya kita," kata Darmin di Kantor Kemenko Ekonomi, Kamis malam, 25 Juli 2019. Pasalnya, ia mengatakan pertumbuhan ekonomi Tanah Air cukup besar didorong oleh permintaan dalam negeri.
Kendati demikian, Darmin belum mau berkomentar banyak ihwal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019. Belakangan pemerintah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun ini menjadi 5,2 persen.
"Mengenai bagaimana pertumbuhan kita pada triwulan II itu masih harus dilihat lah, karena impor juga turun. Jangan sekarang saya ditanya," tutur bekas Gubernur Bank Indonesia itu.
Sebelumnya, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun 2020. Hal ini dilakukan di tengah risiko dari perang tarif antara Amerika Serikat dan Cina hingga kebuntuan Brexit yang dapat menghambat laju pertumbuhan, melemahkan investasi dan mengganggu alur rantai perdagangan.
Lembaga tersebut memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2019 sebesar 3,2 persen atau turun dibanding prediksi per bulan April lalu di angka 3,3 persen. Pemangkasan proyeksi pertumbuhan juga dilakukan untuk tahun 2020 menjadi 3,5 persen atau melambat 0,1 persen dari prediksi per April lalu sebesar 3,6 persen.
Penurunan proyeksi itu dilandasi atas kekhawatiran risiko terhadap ekonomi global yang telah meningkat. "Perdagangan akan pulih dan tumbuh pada kisaran 3,7 persen pada 2020, sekitar 0,2 persen lebih rendah dari perkiraan sebelumnya," seperti dikutip dari keterangan IMF melalui Reuters, Rabu, 24 Juli 2019.
IMF memangkas perkiraan untuk pertumbuhan perdagangan global sebesar 0,9 persen menjadi 2,5 persen untuk 2019. Ini merupakan revisi proyeksi pertumbuhan keempat yang dilakukan oleh IMF.
Keputusan memangkas proyeksi pertumbuhan itu juga didasari pada ketegangan pada perdagangan dan sektor teknologi serta meningkatnya tekanan disinflasi yang menimbulkan risiko pada masa depan. Data ekonomi serta pelemahan inflasi menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi lebih lemah dari yang diperkirakan.
Data IMF menunjukkan bahwa pertumbuhan volume perdagangan turun menjadi sekitar 0,5 persen pada kuartal pertama tahun ini dan merupakan laju pertumbuhan paling lambat sejak 2012. Perlambatan pertumbuhan terutama terjadi negara-negara Asia yang sedang berkembang. Adapun volume perdagangan global turun 2,3 persen antara Oktober 2018 hingga April 2019.
BISNIS