TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 260 investor institusi yang mengelola dana sebesar Rp 700 triliun menilai kinerja pemerintah semakin baik di kuartal kedua 2019. Data ini diperoleh dari sigi yang dilakukan oleh tim Katadata Insight Center (KIC) pada 24 Juni hingga 2 Juli 2019.
Survei dilakukan terhadap tiga sektor perusahaan yang terdiri dari perusahaan manajemen investasi, asuransi, dan dana pensiun.
Kondisi ini tercermin dari naiknya Indeks Kepercayaan Investor kepada Pemerintah (IKIP), dari 172,1 poin pada kuartal pertama 2018, menjadi 175,8 poin pada kuartal kedua 2019. “Tapi IKIP ternyata naik karena kepastian hukum, rasa keadilan, dan penyediaan infrastruktur, ketimbang pertumbuhan ekonomi,” kata kata panel ahli Katadata Insight Center, Damhuri Nasution, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 25 Juli 2019.
Dari hasil survei ini, investor makin percaya bahwa pemerintah bisa memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan. Ini terbukti dari indeks yang naik dari 144,7 poin pada kuartal pertama 2018, menjadi 160,8 poin pada kuartal kedua. Investor juga yakin karena pemerintah menyediakan dan merawat infrastruktur. Poinnya naik dari 184,7 menjadi 191,9.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan investor pada kinerja pemerintah, mayoritas investor ternyata juga lebih mengkhawatirkan faktor eksternal, ketimbang internal. Dari Januari hingga Maret 2019, kekhawatiran terbesar investor adalah politik dalam negeri dengan angka tertinggi 36 persen. Angka kekhawatiran ini kemudian berkurang hingga 22 persen pada kuartal kedua, atau setelah pemilu berakhir.
Kini, kekhawatiran terbesar investor adalah kondisi ekonomi global. Jumlahnya mencapai 47 persen. Damhuri menyebut kekhawatiran utama masih seputar perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat yang membuat kinerja ekonomi dunia terus turun. Akibatnya, ekspor pun terus turun. Di sektor keuangan, investasi di pasar modal pun berkurang karena kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut turun.
Kondisi ini, kata Damhuri, tampak pada instrumen investasi yang dinilai paling menarik bagi investor dalam tiga bulan ke depan. Mayoritas pilihan mereka adalah instrumen obligasi dengan persentase 49 persen. 37 persen ada di instrumen saham dan 14 persen di pasar uang. Apalagi, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia pun membuat harga obligasi semakin murah.
FAJAR PEBRIANTO