TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Keuangan Sri Mulyani rupanya mendapat pengaduan dari beberapa pengusaha di Indonesia terkait kondisi bisnis perusahaan mereka sepanjang 2019 ini. Pengaduan tersebut berkaitan dengan pendapatan perusahaan yang berdampak pada pajak yang mereka bayarkan.
“Bu, tahun ini lebih berat bu,” kata Sri menirukan ucapan para pengusaha tersebut, saat acara di Menara Astra, Jakarta Selatan, Kamis, 25 Juli 2019. Kondisi ini juga telah dipantau oleh Sri dalam setoran pajak perusahaan yang mulai menurun di 2019 ini.
Memang, proyeksi penerimaan perpajakan berada di kisaran 7,5 sampai 9,5 persen. Bagi perusahaan, kata Sri, mungkin penerimaan tersebut sudah luar biasa. “Tapi kalau bagi kami kurang, kami ingin tax ratio naik, karena sekarang masih lower based,” ujarnya.
Minggu lalu, Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Robert Pakpahan juga menyebut ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target penerimaan perpajakan alias shortfall pada tahun ini. "Penyebabnya adalah harga komoditas yang turun, kurs tidak selemah yang diduga, impor turun cukup drastis, restitusi dipercepat juga kita berikan," ujar Robert di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 16 Juli 2019.
Berdasarkan outlook penerimaan perpajakan 2019, Robert mengatakan penerimaan dari perpajakan, termasuk bea cukai, hanya bisa tercapai 92 persen dari target di Undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019. Ia memperkirakan akan terjadi shortfall atau kekurangan penerimaan pajak sekitar Rp 143 triliun.
Sementara, kalau hanya memperhitungkan pendapatan pajak, Robert mengatakan outlooknya sebesar 91,1 persen dari target atau diperkirakan terjadi shortfall Rp 140 triliun. Berdasarkan pemaparan outlook APBN semester II 2019, pendapatan dari sektor perpajakan diperkirakan Rp 1.643,1 triliun, padahal targetnya adalah Rp 1.766,4 triliun. Adapun realisasi pendapatan perpajakan semester I adalah Rp 688,9 triliun.
Sri mengatakan, penurunan ini tak lepas dari turunnya kinerja ekspor Indonesia akibat melemahnya permintaan global. April 2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor sepanjang kuartal pertama 2019 sebesar US$ 40,52 miliar, turun 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 44,27 miliar
Tapi meski penerimaan pajak secara umum menurun, Sri menyebut penerimaan pajak dari sektor non-migas masih tetap tumbuh positif di tengah ketidakpastian perekonomian global. Kenaikan terutama terjadi pada sektor jasa keuangan, transportasi, dan pergudangan.
Pajak sektor jasa keuangan misalnya, tumbuh 8,8 persen year-on-year (yoy) pada 2019, lebih tinggi dari tahun lalu yang hanya 4,8 persen yoy. Namun kontribusinya pada keseluruhan penerimaan hanya sekitar 15,2 persen. Sektor yang berkontribusi paling tinggi hingga 29,3 persen justru mengalami penurunan penerimaan pajak.
Sektor tersebut yaitu industri pengolahan yang tumbuh negatif 2,6 persen yoy sepanjang 2019. Tahun lalu, sektor ini tumbuh 13 persen yoy. Di bawahnya, ada sektor perdagangan dengan kontribusi 20,8 persen. Penerimaan pajak dari sektor ini masih tumbuh tipis 2,5 persen yoy. Sementara secara total pada tahun lalu, jumlah penerimaannya mencapai 27,6 persen yoy.
Baca berita tentang Sri Mulyani lainnya di Tempo.co.