TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kemarin mengenang masa kecilnya saat berbicara dalam Orasi llmiah pada Dies Natalis ke-38 Universitas Negeri PGRI Semarang. Salah satu yang diingatnya adalah kebiasaan membaca yang sudah tertanam sejak kecil.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani mengenang ketika dia pergi ke dokter gigi bersama kakak dan adik, ibunya mewajibkan mereka membawa buku untuk dibaca saat menunggu giliran periksa gigi.
Kebiasaan membaca ini terus berlanjut sampai sekarang. Kemanapun Sri Mulyani pergi, selalu ditemani oleh buku.
"Saat ini dengan semakin mudahnya akses terhadap berita, film, musik, Anda punya banyak alasan untuk tidak baca buku. Itu adalah realita hari ini, kalau kita tidak menanamkan minat membaca dari usia dini, sangat sulit bagi Anda untuk terbiasa memiliki kemampuan membaca nantinya," ucap Sri Mulyani, seperti dikutip dari Instagram @smindrawati yang diunggahnya, Rabu, 23 Juli 2019.
Sri Mulyani juga berharap universitas akan menjadi tempat di mana mahasiswa tidak hanya menuntut ilmu tapi mulai belajar untuk memberi. Hal itu adalah salah satu filosofi yang disampaikan orangtua Sri Mulyani dulu.
Oleh orang tua, Sri Mulyani diberikan nasihat, 'Ndhuk, uripmu ojo ning mikirke kanggo awakmu dewe." "Arti nasihat itu kalau kamu hidup janganlah hidup hanya memikirkan diri sendiri. Biasakan untuk memikirkan orang lain dan kepentingan orang lain," kata Sri Mulyani.
Nasihat itu pula yang membuatnya terbiasa hidup tidak selalu memikirkan diri sendiri. "Waktu saya jadi dosen, apa yang saya bisa berikan untuk mahasiswa saya? Waktu saya menjadi menteri, apa yang bisa saya berikan lebih? Waktu saya di Bank Dunia, apa yang bisa saya berikan lebih?" Jangan terus menerus memikirkan diri sendiri, tapi cobalah untuk memikirkan orang lain," kata Sri Mulyani.
Dan itulah, kata dia, sebetulnya nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Inilah yang membuat Indonesia bisa merebut kemerdekaannya. Sementara negara tetangga, menunggu diberi kemerdekaan oleh penjajahnya. Sementara Indonesia merebut kemerdekaan, karena para pendiri bangsa Indonesia memikirkan orang lain.
Sri Mulyani menjelaskan, para pendiri bangsa memikirkan rakyat Indonesia yang menderita waktu itu. "Pendiri bangsa ini mampu dan mau mengorbankan dirinya untuk memperjuangkan kemerdekaan untuk memperbaiki kondisi masyarakat yang dijajah," ujarnya.
Lebih jauh Sri Mulyani berharap di Universitas Negeri PGRI ada suatu kultur membaca yang dibudayakan secara terstruktur, sistematis dan masif. "Budaya membaca harus didapatkan, baik di rumah maupun di kampus," katanya.