TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 20 persen secara year on year. Managing Director Finance atau CFO BNI, Anggoro Eko Cahyo mengatakan pada semester I 2019 kredit BNI sebesar dari Rp 457,81 triliun pada Semester I 2018, menjadi Rp 549,23 triliun pada Semester I 2019.
"Realisasi kredit tersebut menunjukkan fungsi intermediasi yang dijalankan BNI berjalan secara optimal dan seiring dengan upaya pemerintah yang terus mendorong momentum penumbuhan ekonomi, di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global," kata Anggoro saat memaparkan kinerja kuartal II di Gedung Graha BNI, Jakarta, Selasa, 23 Juli 2019.
Dia mengatakan pertumbuhan kredit BNI didorong oleh pembiayaan pada korporasi yang mencapai 51,9 persen dari total portfolio kredit BNI. Fokusnya, kata dia, pada pembiayaan pada sektor-sektor unggulan yang memiliki risiko relatif rendah, terutama ke sektor manufaktur, perdagangan, restoran dan hotel, serta jasa dunia usaha.
"Hal ini sejalan dengan strategi yang telah ditetapkan BNI, yaitu menjaga komposisi kredit korporasi dalam kisaran 50 persen hingga 55 persen dari total kredit," ujarnya.
Anggoro mengatakan kredit korporasi BNI tersalurkan pada korporasi swasta dan BUMN, yang masing-masing tumbuh 27,8 persen YOY dan 24,9 persen YOY.
Kredit yang dialirkan pada segmen usaha kecil pun mencatatkan pertumbuhan yang baik yaitu 21,5 persen YOY, termasuk di dalamnya adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat yang menjadi program utama pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sementara untuk kredit segmen menengah tetap dijaga pertumbuhannya yang moderat yaitu sebesar 7,6 persen YOY.
Adapun pada segmen konsumer, kata Anggoro, kredit tanpa agunan berbasis payroll masih menjadi kontributor utama pertumbuhan yaitu sebesar 12,8 persen YOY. Sementara untuk mortgage dan credit card masih mencatatkan pertumbuhannya itu masing-masing sebesar 8,9 persen den 4 persen YOY.
Menurut dia, penyaluran Kredit BNI yang solid ditopang oleh kemampuan BNI untuk menjaga likuiditas di tengah kondisi pasar keuangan yang ketat. Di mana Dana Pihak Ketiga tumbuh 13 persen secara YOY, dari Rp 526,48 triliun pada Semester l 2018 menjadi Rp 595,07 triliun pada Semester 1 2019.
BNI, kata dia, juga mampu menjaga rasio dana murah yang ditunjukkan dari komposisi CASA yang mencapai 64,6 persen dari total DPK.