TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla berharap Indonesia tak hanya sekedar menjadi konsumen atau penikmat dari berbagai macam teknologi yang saat ini berkembang. Kalla ingin Indonesia juga menjadi bagian dari inovasi teknologi.
"Itu bagian dari keinginan saya," kata JK dalam acara Indonesia Development Forum di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 22 Juli 2019.
Menurut JK, keberadaan teknologi terbukti bisa merubah pola kehidupan dan bisnis di masyarakat. JK mencontohkan salah satu perusahaan aplikasi tanah air Gojek yang kini menyediakan layanan antar-jemput makanan.
"Ibu-ibu tinggal memesan dengan baik sudah makan enak, semuanya merubah teknologi itu dan merupakan tantangan," kata dia.
Salah satu caranya, kata JK, adalah dengan mempersiapkan perencanaan yang matang dalam mendorong inovasi teknologi ini. Kalla ingin perencanaan yang selama ini lebih sering top-down atau dari atas ke bawah, berubah menjadi bottom-up atau lebih banyak dari bawah ke atas. "Itu inti dari perencanaan suatu negara," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan pengembangan teknologi sangat berkaitan dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia. Saat ini, kata dia, Indonesia menghadapi tiga tantangan utama dalam pembangunan SDM.
Tantangan pertama yaitu daya saing SDM Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain, terutama negara tetangga di Asia Tenggara. Saat ini, peringkat SDM Indonesia berada di angka 65, lebih rendah dari Malaysia yang mencapai peringkat 33, Thailand 40, Filipina 40, dan Vietnam 64 dari 130 negara.
Tantangan kedua yaitu sektor manufaktur yang belum menjadi penggerak utama lapangan kerja. Menurut Bambang, 60 persen pekerja di Indonesia masih bergerak di sektor formal yang produktivitasnya rendah. Sehingga, angka ini yang akan ditekan pemerintah agar jumlah pekerja formal lebih banyak ketimbang informal.
Tantangan terakhir yaitu masalah akses terhadap kesempatan kerja untuk kelompok rentan. Menurut Bambang yang ikut dalam pembukaan Indonesia Development Forum bersama Jusuf Kalla, rata-rata partisipasi tenaga kerja perempuan sebesar 50 persen. Sementara, di negara maju angkanya mencapai 70-80 persen. Selain itu, penyandang disabilitas pun sulit mengakses lapangan kerja formal.