TEMPO.CO, Jakarta - Gagasan umrah digital yang belakangan mengundang protes dari Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah Indonesia bermula dari penandatanganan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Arab Saudi dalam pengembangan ekonomi digital. Kerja sama dua pemerintah ini melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Menteri Komunikasi dan Informatika Kerajaan Arab Saudi Abdullah Amer Al-Swaha menandatangani nota kesepahaman kerja sama ini di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika Kerajaan Arab Saudi di Riyadh, Arab Saudi, Kamis 4 Juli 2019.
Penandatanganan Memorandum of Understanding tentang Digital Collaborations ini merupakan bagian dari tindak lanjut kunjungan Raja Arab Saudi Salman Abdulazi Al-Saud ke Indonesia pada Maret 2017 lalu. Kunjungan ini dibalas oleh Presiden Joko Widodo yang melawat ke Arab Saudi pada April 2019 lalu.
Dalam forum ini, Menteri Rudiantara mengajak decacorn Tokopedia dan unicorn Traveloka untuk bertemu dengan kalangan bisnis dan pemerintahan di Arab Saudi. Tokopedia dan Traveloka mendapatkan kesempatan memberikan lokakarya dan berbagai pengalaman atas keberhasilannya mengembangkan start up di Indonesia.
"Dalam kerja sama ini, kami bicara tentang digital ekonomi. Indonesia punya unicorn, dan decacorn, Arab Saudi tidak punya. Arab Saudi punya modal besar sehingga kita menjalin kerja sama. Saya yakin dengan teman-teman dari Indonesia mengembangkan start up. Ada Traveloka dan Tokopedia, misalnya yang memiliki banyak ahli dan programmer," kata Rudiantara.
Ia mengatakan, fungsi pemerintah adalah memfasilitasi dunia usaha Indonesia untuk menjadi bagian dari kerja sama ini. Kepada Tokopedia dan Traveloka, Rudiantara memberikan peluang untuk menjajaki kerja sama ini, dan ibadah umrah menjadi salah satu fokus pembicaraan dalam kerja sama ini.
Besarnya pasar umrah di Indonesia, peluang menerapkan platform digital dalam penyelenggaraan ibadah ini juga terbuka lebar. Hal ini mengingat antrean untuk ibadah haji besar cukup panjang dan lama. Rudiantara mengungkapkan kemungkinan peluang memberikan pelayanan yang lebih praktis, lebih efisien, dan lebih memberikan jaminan kepada konsumen ibadah umroh di Indonesia.
Co-founder Traveloka, Albert Zhang yang memberikan pelatihan di kalangan bisnis Arab Saudi usai penandatanganan kerja sama tersebut mengatakan ada peluang untuk masuk ke penyelenggaraan ibadah umrah dengan platform digital. Albert mengatakan, umrah merupakan pengalaman ibadah yang sangat besar.
Albert mengatakan, prosesnya ibadah umrah ini sangat kompleks, mulai dari pengurusan visa, pemesanan hotel, makanan dan lainnya. “Kami ingin masyarakat yang beribadah umroh memiliki pengalaman ibadah yang bagus. Kami berharap, masyarakat akan merasakan pengalaman umroh yang lebih aman dan nyaman,” kata Albert.
Ia juga mengatakan, pada tahap awal, Traveloka akan menciptakan prototipe aplikasi umrah digital ini. Albert berharap purwarupa aplikasi umrah digital ini bisa diluncurkan sebelum akhir tahun 2019 ini. “Kelak setelah diluncurkan, akan diketahui apa saja yang perlu dilengkapi, apa saja yang kurang,” kata Albert.
Senada dengan Traveloka, Tokopedia siap menindaklanjuti kerja sama Indonesia dan Arab Saudi. Co-founder Tokopedia, Leontinus Alpha Edison, menyatakan, yang terbayang dalam kerja sama umroh ini adalah dengan menciptakan start up umrah berbasis digital.
Ia mengatakan, Tokopedia yang telah memiliki mitra pedagang sebanyak 5.9 juta, dalam sepuluh tahun terakhir telah menawarkan produk yang dibutuhkan oleh pasar umat Islam. “Kami juga memberikan layanan syariah. Jadi, ada banyak hal yang bisa kami eksplorasi dari penandatanganan kerja sama digital Indonesia-Arab Saudi ini,” kata Leontinus.